Postingan

Menampilkan postingan dari 2015

STORM OF SHADOW

Gambar
-oOo- “Some people seemed to get all sunshine, and some all shadow…”   ―   Louisa May Alcott ,   Little Women Jika terlalu terang, maka bayang pun menjadi besar. Terang dan gelap. Dua sisi yang tak mungkin saling memusnahkan. Satu ada karena keberadaan yang lain. Bila tidak, mana bisa kita sebut ini terang, dan itu gelap. Seekor gagak hitam melintasi alam raya. Matanya sehitam langit larut malam, memantulkan secuil penglihatan tentang jagad raya yang maha luas. Memilah milah mana yang bisa dijadikannya budak kegelapan. Ia mengincar anak bayi yang terlahir dengan anomali. Tapi seringnya, si elang putih telah mendahului. Bah, elang putih itu! ia akan meninggalkan begitu saja para Anomali yang hatinya bergejolak. Mana ada orang yang hatinya murni terus! Itu adalah fakta. Pikir si Gagak hitam. Makhluk macam manusia, tidak bisa seluruhnya diharapkan untuk berjalan di jalan yang lurus terus. Senantiasa mereka akan tergelincir, tergoyahkan, terombang-ambing badai pilihan h

STORM OF WILD

Gambar
-oOo- “Nature haters? We know them too well: lifeless creatures created without emotion or aware of anything that is peripheral to their purpose.”   ―   Fennel Hudson ,   A Waterside Year - Fennel's Journal - No. 2 Tanpa pernah kita sadari, kitalah sang monster. Terciptalah kita sebagai yang disebut makhluk berakal. Manusia. Berjalan dengan dua kaki, di atas muka bumi, tegap dada. Sepasang tangan untuk membangun segala hal. Papan, sandang, pangan. Terberkahi kita dengan banyak akal. Lantas, senantiasakah kita beryukur? Seringkali kita terlupa. Kita tak sendiri di alam dunia. Ada pula makhluk lain, tumbuhan dan hewan. Memenuhi permukaan bumi. Menjadi kesatuan alam natural. Seringkali kita jumawa, merasa paling di atas. Padahal, lebih sering kita berada di bawah mereka. Alam memiliki caranya sendiri untuk membalas kekurangajaran kita semua. Banjir bah karena kita buang sampah sembarangan, menebang pohon sembarangan. Lantas kita sering menyalahkan, lupa perbuatan diri

STORM OF WINGS

Gambar
-oOo- “ Thank God men cannot fly, and lay waste the sky as well as the earth.”   ―   Henry David Thoreau Pernahkah engkau melihat orang terbang? Ini sungguhan terbang. Seperti burung. Seolah kau punya sayap di punggung, mengepak, membawamu naik tinggi ke angkasa. Atau kau pernah mimpi terbang? Bagaimana rasanya? Sangat menyenangkan bukan? Terbang itu merasa bebas. Tak heran, kenapa banyak orang berandai-andai bisa terbang. Saat kau dikejar teman yang nakal atau penjahat, kabur saja dengan terbang. Jika bisa terbang, kau tak perlu lagi tangga. Cukup bawa dirimu ke tempat tinggi itu lalu ambil yang kau mau. Memetik kelapa misalnya. Beginilah, kisah hidup seorang gadis anomali. Sebut saja dia... Fle. Tempat tinggalnya merupakan kawasan kumuh, sebuah kampung yang mepet sekali dengan perkotaan. Ketimpangan status begitu kentara. Fle dan ayahnya, masuk dalam status orang rendahan. Orang miskin! Fle lahir cacat. Punggungnya bongkok dan terdapat gumpalan kulit di situ. Fle ke

RESENSI NOVEL REMY YORKE #1 PRIME KNIGHT ASCENDING

Gambar
REMY YORKE #1 PRIME KNIGHT ASCENDING Haditha Fantasi petualangan -oOo- Cerita ini dimulai dengan sekumpulan orang yang berlindung di dalam gua, mereka adalah kaum Wiznard, kaum mereka telah diceraiberaikan oleh makhluk Merah keji setengah hidup dan para pengikut bayangannya. Ronan Noah, sebagai pemimpin kelompok itu mengajak mereka yang terselamatkan bersamanya untuk meninggalkan dunia Wiznard menuju dunia manusia. Kedatangan mereka ke dunia manusia bukan hanya untuk berlindung, melainkan untuk mencari seorang anak manusia yang mampu mengenakan cincin Onega merah warisan Ksatria Utama terdahulu. Untuk sekali lagi... memberi harapan kepada mereka bahwa musuh akan terkalahkan suatu saat nanti. Apa itu Wiznard? Apa itu Onega? Inilah yang penulis hendak tawarkan pada karyanya. Meskipun pakem-pakem yang diusung bukanlah hal baru, tapi cara penulis meramu keseluruhan cerita membuatnya terasa segar, ringan, menyenangkan, asyik dan lancar. Terasa fresh! Wiznard adalah suatu

STORM OF COLD

Gambar
-oOo- “Nothing burns like the cold.”   ―   George R.R. Martin ,   A Game of Thrones Esa hidup di pulau kecil di antara lautan lepas. Bersama kakak dan ibu tunggalnya. Esa seorang gadis berkulit kebiruan, rambutnya seputih pasir intan, matanya biru kristal. Sejak lahir ia telah ditakdirkan memiliki kelainan itu. Sebut saja pulau yang didiaminya dengan Pulau Kerang. Banyak orang terheran dan pula terkagum, segelintir mencemooh keanehannya. Ibunya sangat protektif terhadap Esa. Ayahnya telah pergi sebelum ia lahir ke dunia. Mengarungi laut dan tak kembali. Kakaknya, Erak, seperti orang kebanyakan. Kulitnya cokelat cerah, rambutnya dikuncir kuda. Seorang pemuda berbadan tegap dan kekar. Erak pemuda lima belas tahun yang bisa diandalkan di pulau Kerang yang kecil ini. Hanya ada dua puluh kepala keluarga di pulau ini. Semua orang kenal semua orang. Keganjilan yang dialami Esa tak bisa ditutupi. Pada hari ia lahir, semua orang langsung tahu. Dan semua orang merasakan hawa dingin

STORM OF HEAT

Gambar
-oOo- “ Do you feel cold and lost in desperation.. you build up hope but failures all you’ve known. Remember all the sadness and frustation.. let it go... let it go.” ― Linkin Park, Iridescent Semua warga kota mengharap dan mendambakan musim panas yang telah berlalu puluhan tahun lalu. Hari-hari indah, nyaman, tentram, sebelum bencana besar itu melanda. Ribuan orang mati. Tersapu badai ombak paling dahsyat yang pernah mereka saksikan seumur hidup. Menghancurkan segala yang dilewati. Gedung-gedung tinggi dan megah rubuh seolah bukan apa-apa. Belum cukup derita yang dialami kota itu, banjir bah melanda, membenamkan dataran. Menyusul segera badai kedua menyerang. Badai es. Membekukan banjir bah setebal lima belas meter. Dan tetap seperti itu. Suhu dingin menusuk sum-sum. Mereka-mereka yang selamat berusaha bertahan hidup, berlindung di dalam gedung-gedung yang beruntung tidak rubuh tersapu badai ombak. Membangun kembali sisa-sisa puing harapan. Tentu saja, tidak sedikit

HARDCORE HANSEL AND GOTHIC GRETEL

-oOo-   “Play it fuckin' loud!” ― Bob Dylan   Siapa bilang para penyihir telah punah keberadaannya di dunia modern saat ini. Mereka ada dan bersemayam di relung-relung sempit kehidupan. Perlahan menyiapkan diri untuk kembali menuju permukaan. Mereka menyusup ke segala aspek hidup manusia modern saat ini tanpa kita semua sadari. Sihir..... Menyihirmu sampai lupa daratan. Mantra-mantra telah terapalkan pada segala sesuatu yang kita temui dan nikmati kegunaannya. Pada b eragam industri mereka pun hadir. Bala-bala bantuan iblis pun membantu mewujudkan misi mereka menggiring manusia menuju liang kehancuran. Terutama para wanita. Yang secara langsung akan menggoda kaum pria. Lekuk indah menggugah iman dan takwa. Kau terjatuh dan tak bisa bangkit lagi. Hooo....

INSOMNIAC SLEEPING BEAUTY

-oOo- “So it’s true, when all is said and done, grief is the price we pay for love.” ― E.A. Bucchianeri , Brushstrokes of a Gadfly Alkisah di suatu jaman terdapat negeri yang memiliki dua kerajaan besar. Satu adalah kerajaan manusia dan satu lagi kerajaan makhluk-makhluk ajaib beserta peri bersayap. Adalah Kerajaan Buminaga, dipimpin oleh seorang Raja gagah perkasa bernama Raja Abudhabi. Ia adalah pemimpin bertangan besi yang telah menduduki takhta selama tiga puluh dua tahun. Raja Abudhabi senang memakai pakaian berwarnakan kuning dan berlambangkan pohon beringin hijau. Ia memimpin dengan kejam tanpa ampun. Siapa saja yang berani menentangnya dipastikan akan buntung kepalanya. Segala yang ia ingini, akan tercapai. Satu hal yang sampai saat ini belum ia dapatkan adalah: sepasang sayap. Raja Abudhabi mendamba sepasang sayap untuk mengantarkannya menuju kahyangan, ke tempat tujuh bidadari pelangi bermandikan bintang-bintang. Karena keinginannya itulah, Kerajaan Pringwood, ker

LOKA / LOCA? - PART 3 - "KARANTINA" (Bagian Awal)

“Join the madhouse when the walls are made of stone... and asylum we call home.” ― Arkarna, Your Psycho   Sudah begitu lama rasanya semenjak tulisan terakhir. Selain karena memori yang tak kunjung menjelas dan juga kesibukan lain, segenap perhatianku teralihkan ke naskah novel ketiga yang telah seperempat jalan. Dan Part III ini sering menagih dalam setiap kesempatan, jadi daripada dia terus – terusan datang lebih baik kutunaikan saja.   Sisa – sisa matahari yang membakar kulit, menampakkan koreng – koreng akibat kulit yang terkelupas. Di setiap kulit yang terkelupas itu tersimpan kenangan yang melelahkan, membakar daging dan memeras keringat. Ramai – ramai kami bergantian mencukur botak rekan seangkatan. Baik menggunakan alat cukur listrik maupun cukur kumis silet. Yang ketika terbasuh air, perihnya minta ampun. Saat itu awal Ramadhan.

The Mentalist -- S02E01 - Opening Case - Murder in Mall

--oOo-- Mereka melangkah cepat menuruni eskalator. Terburu-buru. Patrick Jane mendahului, Lisbon di belakangnya mengikuti dengan tenang. Di sebuah mall terjadi satu pembunuhan. Seorang polisi telah menunggu kedatangan mereka di ujung bawah eskalator. “Pagi, Kapten. Agen Lisbon, ini Jane, Konsultan.” Lisbon menyapa. Mereka bersalaman. Si Kapten adalah pria gemuk sedang berkumis. Ada emblem bintang tujuh di seragamnya. “Terima kasih sudah datang. Unit pembunuhan berhutang budi pada kalian.” Balas si Kapten. Lalu mengajak mereka ke TKP. Sambil jalan agak cepat si Kapten bertanya, “Jane. Kau yang cenayang itu ya?” “Betul.” “Aku. Aku tidak percaya omong kosong ESP. Jangan tersinggung.” “Tidak masalah.” Jawab Jane santai.

PENYINTAS JALANAN

Gambar
-oOo- Inilah mereka para penyintas jalanan. Hadir di setiap pertigaan, perempatan, dan putar balik. Keberadaan mereka sering membantu, dimaki, dimurkai, tak menutup kemungkinan pula kriminalis. Merekalah orang-orang yang tersingkir, terbuang dari tatanan ‘layak’ sebagian besar anggapan orang. Bukan berarti mereka tak mampu, hanya tak memperoleh kesempatan saja. Kurang kerja keras? Mungkin. Hanya saja seberapa keras pun mereka berusaha tetap tersingkirkan. Mereka lahir di kubangan tak keberuntungan. Suatu kondisi yang mau bagaimanapun mereka tetap tak beruntung. Serba berketerbatasan, fisik, akal. Pada awal kemunculan mereka adalah orang-orang berusia setengah baya yang terpaksa menyambung hidup hari demi hari. Daripada meminta-minta mereka ingin berjasa. Walau jasa mereka kadang kurang dihargai bahkan dicemooh.