Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2017

CARA MENYAJIKAN DENDAM

Hasrat membunuh muncul dengan picuan tertentu. Semisal, fitnah. Di mimpi dan imajinasinya, Bandot telah membunuh berkali-kali satu orang yang amat dibencinya itu. Seorang pengurus suatu yayasan, sebut saja orang itu Sengkuni. Sebab ia suka sekali membisiki bos-bos berdompet tebal di pucuk kekuasaan, menampilkan diri sebagai yang terbaik dan paling suci dan paling moralis. Sebelum Bandot jadi korban fitnah yang tidak diberi kesempatan penjelasan dua sisi, ia telah menyaksikan sendiri bagaimana si Sengkuni memperlakukan orang-orang yang berada di bawah telapak kakinya. Sengkuni, sebenarnya bukan siapa-siapa. Namun karena kerajinan menjilat dengan bahasa manis ke bos-bos berkedudukan, ia melesat dan dipercayai memegang sebuah yayasan. Bandot, merasakan pedihnya, sedihnya orang-orang yang dianiaya secara batin oleh Sengkuni. Yang pertama, anak asrama yang ketahuan bekerja di luar. Sengkuni mengusirnya. Alasannya, di asrama sudah diberi fasilitas uang saku dan sebagainya. Pengusiran

LONCENG YANG BERBUNYI SENDIRI

Penduduk lereng gunung Matasayu selama berminggu-minggu diteror oleh bunyi lonceng di gunung yang sedang ditinggal juru kuncinya untuk dicarikan juru kunci yang baru, sebab si juru kunci tua sudah merasakan ajal mau mengetuk rumahnya suatu malam nanti. Penduduk tak ada yang berani mendatangi menara tempat lonceng itu berada. Terutama karena gunung itu terkenal angkernya. Banyak saksi mata yang melihat kemunculan macan putih atau alap-alap merah di hutan yang mengelilingi menara tua peninggalan nenek moyang itu. Bunyi lonceng itu berbunyi tak henti pada tiga minggu sebelumnya, disusul oleh suara lolongan yang mengelus bulu kuduk. Memang pada saat itu, terjadi hujan badai dahsyat. Petir menyambar begitu terang dan menggelegarnya ke gunung Matasayu. Banyak yang mengira, ada roh gentayangan yang riang gembira karena juru kunci sedang pergi. Keberadaan juru kunci memang untuk menahan kekuatan-kekuatan gaib memasuki permukiman penduduk. Makin-makinlah, dengan isu yang demikian itu, penduduk

DIBUNUH OLEH WAKTU

Bila diberi waktu, manfaatkan dengan baik, ngek . Jangan seperti si Damput yang bilangnya ingin menulis buku tapi lebih sering bilang, “Belum ketemu waktunya.” Si Damput ini, ngek , nasibnya tragis. Tragis yang tidak melibatkan darah, ngek . Dia dibunuh dengan kejam oleh si waktu. Dia termakan sendiri oleh ucapannya, ketika bapaknya yang tak sabar ingin membaca karya anaknya, menanyai kabar tulisannya, si Damput menjawab, ngek , “Nanti pak, tulisannya sudah ada di kepala. Tinggal dituangkan. Masalahnya, waktunya belum ketemu, aku sibuk. Coba kalau aku diberi waktu yang panjaaaang, aku pasti bisa selesaikan.” Bapaknya kemudian berdoa di depan patung berpenis besar sembari mengisap rokok bergantian dengan mulut dower si patung, “beri anakku waktu yang panjang, Tuan.”

ALIH RUPA JAHANAM

Selamat datang di eranya para pemfitnah. Di era ini banyak orang dengan mudah mendulang ketenaran. Silakan saja merekam video sensasi kontroversial, jari-jari manusia akan melancarkan aksimu itu ke saluran dunia maya. Di era ini orang suka mencampuri urusan orang lain dan bawel tak tahu batas. Sok benar dan paling suci. Padahal disodori video rekaman orang bugil, lebih cepat dari kilat, mereka akan membagikannya ke sejawat. Tapi yang namanya tenar dengan cepat, akan terlupakan dengan cepat pula. Makanya pintar-pintarlah bikin sensasi. Kalau memang itu tujuanmu, sensasi bisa membuatmu tenar, tenar bisa membuatmu tajir mendadak. Di jaman ini bukan saja selebritas berhak tenar, orang-orang biasa pun bisa melejit jadi selebritas dalam cara pintas. Ciptakanlah sensasi. Sensasi itu bisa yang bersifat positif juga bisa negatif. Mau lebih cepat tenar, pilih yang negatif. Salah satu yang ditimpa ketenaran adalah ia yang bernama Titi Kemayu. Ia peraih tenar pintas karena seorang iseng mer