HARDCORE HANSEL AND GOTHIC GRETEL


-oOo-

 

“Play it fuckin' loud!”
Bob Dylan

 

Siapa bilang para penyihir telah punah keberadaannya di dunia modern saat ini. Mereka ada dan bersemayam di relung-relung sempit kehidupan. Perlahan menyiapkan diri untuk kembali menuju permukaan. Mereka menyusup ke segala aspek hidup manusia modern saat ini tanpa kita semua sadari.


Sihir.....

Menyihirmu sampai lupa daratan. Mantra-mantra telah terapalkan pada segala sesuatu yang kita temui dan nikmati kegunaannya. Pada beragam industri mereka pun hadir. Bala-bala bantuan iblis pun membantu mewujudkan misi mereka menggiring manusia menuju liang kehancuran. Terutama para wanita. Yang secara langsung akan menggoda kaum pria. Lekuk indah menggugah iman dan takwa. Kau terjatuh dan tak bisa bangkit lagi.
Hooo....
Salah satu yang nyata adalah melalui musik. Kini kan kuceritakan padamu sebuah kisah tentang keluarga. Namun, sebelumnya hendak kuberitahukan.. Tak semua penyihir jahat.

Dan seperti hal yang sejak pertama kali dunia tercipta.. pertarungan abadi antara yang baik dan jahat. Yang hitam dan yang putih. Baiklah.. kita mulai...

Seorang pria bernama Geffen menikahi perempuan cantik jelita berambut panjang dengan ujung memutih bernama Trinity. Keduanya adalah pionir dalam industri musik. Mereka berdua sama-sama memiliki perusahaan rekaman. Geffen dengan Geffen Records dan Trinity dengan Illuminati Records. Setelah mereka menikah, mereka menggabungkan bisnisnya menjadi Golluminati. Geffen menyukai cerita Lord of The Ring.
Bisnis rekaman yang mereka jalani merambah ke berbagai genre, dari yang mellow mendayu-dayu sampai yang menghentak jantung dan mengangguk-anggukkan kepala sampai pusing. Banyak artis dan grup musik yang berada di bawah bendera Golluminati. Simbol mereka adalah segitiga dan mata satu di wajah Gollum.

Semenjak mereka menggabungkan bisnis rekaman, nama mereka melonjak ke posisi atas. Lagu dan musik yang dibawakan artis dan grup musik arahan mereka selalu menempati tangga lagu teratas di berbagai media.


Lalu, suatu waktu, Trinity mengungkapkan jati dirinya kepada Geffen ketika mereka mendapatkan sepasang anak kembar yang mereka namai Hansel dan Gretel. Ya, seperti nama anak dalam dongeng sebelum tidur.

Trinity mengungkapkan dirinya adalah sebagai seorang penyihir. Awalnya Geffen tak mempercayai. Trinity membuktikan kekuatan sihirnya dengan menggerakkan benda-benda sampai melayang, menciptakan api di tangan, ilusi, merubah wujud dan macam-macam.

Awalnya Geffen sulit sekali menerima kenyataan itu. Trinity meyakinkannya bahwa ia adalah penyihir putih. “Sihir baik datang dari tangan malaikat, dan sihir jahat dari lidah api para iblis.”


Geffen sangat mencintai Trinity. “Cintaku padamu dan jalinan kasih kita adalah hal yang nyata, tak ada campur tangan sihir di sana.” Trinity mengucapkannya tulus.

“Aku percaya padamu.” Geffen berkata pada akhirnya.

“Kekuatan jahat sedang merangkak bangkit, Geffen. Selama ribuan tahun lamanya kekuatan baik dan jahat, terang dan gelap saling bertempur. Demi keselamatan dunia dan penghuninya. Sekuat apa pun kami menekan kekuatan jahat, selalu saja ada celah kebangkitan mereka kembali.”


“Bagaimana mereka mulai bangkit lagi?”

“Banyak hal. Mereka melibatkan sihir-sihir jahat tak kasat mata. Menggiring manusia untuk lupa akan fitrah terlahir di dunia. Kau bisa melihatnya, nyata, di sekitar kita. Manusia mulai lalai dan terjerumus pada kenikmatan dunia yang semu belaka. Kesenangan-kesenangan yang terlarang. Ketahuilah, jalan menuju kejatuhan itu sangat mudah. Dan itulah yang disenangi manusia. Mereka yang tak kuasa menahan hawa nafsu. Dunia musik yang kita jalani, telah tersusupi jahanam-jahanam iblis.”

Geffen membelalak. “Benarkah? Apa yang harus kita lakukan untuk mencegahnya?”

“Anak kembar kita adalah kuncinya.”


“Hah? Bagaimana? Kita harus mengorbankan mereka?”

“Tidak. Tentu saja tidak. Aku tak akan tega untuk itu. Kita harus mempersiapkan mereka. Mengajari mereka tentang sihir baik. Melalui musik.”

“Jika itu yang harus dilakukan untuk menyelamatkan dunia, mari kita lakukan bersama-sama.”


Maka jadilah. Seiring Hansel dan Gretel tumbuh besar, Geffen mengajari mereka aneka keahlian; bela diri, musik, seni, ilmu pengetahuan, cerita-cerita kepahlawanan. Trinity mengajari mereka tentang sihir-sihir yang bisa mereka rapalkan, benda-benda suci, benda-benda terkutuk, dan memberitahu mereka bahwa mereka terlahir pada saat bulan merah. Karena itulah mereka menjadi kunci pemberantasan sihir jahat.

Hansel dan Gretel tumbuh cepat. Kini usia mereka menginjak lima belas tahun.

“Kini saatnya, Geffen. Kau harus mengantarkan mereka ke Wayward Pines. Ke sarang penyihir jahat. Mereka sudah kuberitahu peran mereka.”

“Kau yakin dengan ini?” Geffen sejenak ragu.
“Aku yakin.”

“Baiklah. Hansel Gretel! Tiba saatnya.” Geffen memanggil.

Untuk masuk ke sarang penyihir jahat, Hansel dan Gretel harus menjadi polos, seperti bocah lima belas tahun yang lugu. “Ini adalah misi kalian yang pertama, jika kalian berhasil, dunia bisa terselamatkan dari ancaman jahat iblis-iblis jahanam.” Kata Geffen menyemangati anaknya di perjalanan menuju Wayward Pines.

Perjalanan menuju Wayward Pines sangat panjang. Mereka melalui jalan-jalan panjang berkelok di tengah hutan pinus tinggi-tinggi. Setiba di palang tanda Wayward Pines, Geffen menurunkan Hansel dan Gretel. “Semoga kalian berhasil.” Geffen mencium kening anak kembarnya.


“Kami akan membuatmu bangga ayah.” Kata Hansel.


“Aku yakin itu. Sekarang, berjalan kakilah kalian mengikuti jalan ini. Carilah tempat bernama Lucifer Records.”

“Bukankah itu perusahaan rekaman saingan Golluminati Records?” Gretel bertanya. Ia yang sedikit kurang yakin dengan misi ini.

“Ya, di sanalah tempat penyihir jahat bermukim. Pergilah. Ayah tak bisa berlama-lama, Lucifer akan mencium bau ayah.”


Roda berdecit dan gas menderum. Geffen pergi meluncur berbalik arah. 
“Saudari, kau tampak ragu dengan ini. Kenapa?” Hansel bertanya sambil jalan.

“Entahlah, Hansel, kita seperti ditaruh di perangkap musuh.”

“Memang begitu, saudari, memang begitu rencananya.”

“Apa yang harus kita lakukan di sana?”

“Kata ayah, kita harus menemukan kitab mantra dan kitab kutukan, mereka mulai bangkit karena berhasil menyegel kitab pemusnah jiwa mereka.” Hansel merasa percaya diri. “Kita harus merebutnya kembali.”

“Well, jika itu yang harus kita jalani. Baiklah. Selama kau selalu di sisiku.”

“Tentu, saudari, Hansel sang jago panahan akan selalu berada di sisimu dalam sedih dan duka.”


“Itu dua hal yang sama, Hansel!”

Hansel tertawa. “Break the ice, sis.”

Berkilo-kilo meter mereka berjalan kaki menyusuri jalanan sepi. Tak ada mobil yang melintas. Hawa dingin hutan pinus menggelitik tengkuk leher mereka. Aromanya kadang membuat mengantuk dan menciptakan halusinasi. Gretel yakin tadi ia melihat seekor Minotaur sedang bercinta dengan Satyr perempuan.


“Ah, kau ini ngaco sekali, saudari.”

“Sungguh. Tadi aku melihatnya.”

Tiba-tiba ada mobil limo putih berhenti menepi. Jendela kursi belakang membuka, menampakkan sesosok pria bersetelan tuksedo putih dan berambut klimis disisir ke belakang. “Hei, anak muda. Sedang apa kalian?”

“Kami tersesat tuan.”


“Wah, kenapa bisa begitu?”

“Tadi kami menumpang mobil seorang kenalan. Kemudian tiba-tiba saja ia menelantarkan kami di suatu jalan. Kami melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki, dan tersesatlah kami sampai di sini.” Gretel yang menjelaskan. Mereka sepakat, apabila bertemu pria, maka Gretel yang berbicara, begitu pula sebaliknya.

“Perkenalkan namaku Icarus.” Pria itu memperkenalkan diri. “Siapa nama kalian?”
“Hansel.”

“Gretel.”

“Well, Hansel dan Gretel, naiklah bersamaku di limo ini. Akan kuajak kau ke rumahku. Sepertinya kalian kelelahan. Kalian bisa beristirahat di tempatku, dan bila kalian sudah pulih, akan kusuruh supirku mengantar kalian pulang. Bagaimana?”


“Itu.. ide bagus tuan Icarus.” Kata Gretel. Menggigit bibir bawahnya.

“Icarus saja, Gretel yang manis.”

Mereka masuk ke dalam limo. Hansel tak berhenti berdecak kagum. Limo itu luas sekali di dalamnya. Penuh minuman dan makanan juga televisi dari beragam saluran. Ada pemutar musik pula di sana. Begitu mewah. Gretel mencuri lirik kepada Icarus.

“Icarus, sepertinya kau tampak familiar. Bukankah kau si pemilik perusahaan rekaman Lucifer Records yang menelurkan musik-musik legendaris itu kan?”


“Seratusjuta dolar untukmu, Gretel. Ya, aku pemilik Lucifer Records. Kalian suka musik-musikku?”

“Tentu saja kami suka.” Jawab Hansel dan Gretel serempak.

“Well, di tempatku nanti, kalian boleh mendengarkan musik dan mengambil beberapa koleksiku nanti untuk dibawa pulang.”

“Ide yang bagus. Aku suka sekali. Aku tak sabar untuk segera sampai.”


Kota Wayward Pines tampak sepi. Bangunan di setiap bloknya seperti tak berpenghuni. “Apakah selalu sepi di sini?”Hansel bertanya.

“Tidak juga.”

Tidak lama mereka sampai di gerbang otomatis Lucifer Records. Logo perusahaannya adalah kepala baphomet dengan simbol nada di bawahnya. Hansel menengok ke atas. Bangunannya menjulang tinggi. Ini adalah satu-satunya gedung tinggi di Wayward Pines.


“Selamat datang di Lucifer Records.” Icarus mengantar mereka masuk ke gedung. Agak remang-remang. Sepanjang lorong dan ruangan banyak sek
ali dipasang vinyl album band legendaris tetasan Lucifer Records.


“Wow.” Hansel menjatuhkan rahangnya.

“Nah. Sekarang kalian bebas melakukan apa pun di sini. Dengarkan musik, makan dan minum dari vending machine, gratis. Senangkan badan kalian.” Icarus ternsenyum. Sudut kiri bibirnya lebih tinggi dari yang lain. “Aku harus ke ruanganku dulu, jika kalian berkenan untuk ditinggal.”

“Ya. Terima kasih Icarus.” Gretel mengedipkan mata kirinya.
Tempat itu memiliki banyak sekali ruangan dan lorong-lorong. Bagaikan labirin. Setiap ruangan memiliki koleksi musik yang membludak. Setiap ruangan beda genre. Mereka berbarengan memasuki satu per satu ruangan. Mendengarkan beberapa album musik di pemutar.

“Bagaimana kalau kita berpencar?” usul Gretel.


“Hmmm, boleh saja. Nanti kita bertemu lagi di sini. Aku akan senantiasa memberi tanda. Supaya tidak bingung.”

“Ya.”


Jadilah mereka berpencar. Memasuki setiap ruangan demi menemukan tempat penyimpanan kitab mantra. Hansel menempelkan solatip pada setiap pegangan pintu ruangan yang telah ia jelajahi. Ini bagaikan surga bagi musik. Kaset-kaset, CD-CD, vinyl-vinyl, mp3, video, segala hal berbau musik ada di sini. Semua genre ada. Hansel memilih musik-musik Hardcore.  Gretel memilih musik Gothic.

Lama berselang, tak ada tanda-tanda Icarus kembali menemui mereka. Hansel mencoba mengikuti tanda selotip yang ia tempel. Untuk mengecek keadaan saudarinya. Tapi, anehnya. Banyak selotip yang telah hilang. Ia kehilangan arah. Labirin mulai membingungkannya.

Begitu pula dengan Gretel. Masing-masing dari mereka menyadari, mereka telah terjebak!

Lalu terdengarlah suara menggelegar. Sepasang mata merah muncul dari kegelapan. Mengawasi langkah Hansel dan Gretel di tempatnya masing-masing.
“Aku tahu jati diri kalian. Aku mencium bau bulan darah pada tubuh kalian. Aku tahu siapa orangtua kalian. Hahahahaha. Kalian masuk ke dalam perangkap. Bodoh sekali. Sekarang kalian tidak akan bisa keluar. Tidak sebelum kalian mendengarkan triliunan lagu.”

Tiba-tiba sepasang headphone muncul dan terpasang pada kepala Hansel dan Gretel. Sekuat apa pun mereka mencoba melepaskannya, tak bisa. Lantunan musik terakhir yang mereka dengar menjadi musik yang terputar tanpa henti di telinga mereka. Dengan volume yang kencang.

Hansel diperdengarkan musik-musik hardcore.

Gretel diperdengarkan musik-musik Gothic.
 
Menit-menit dan jam-jam awal mereka masih mampu menahan dentuman lagu yang diputar. Namun waktu bergulir sangat panjang dan tak berujung. Semakin lama semakin kencang. Hansel dan Gretel sampai pusing dan berteriak kesakitan. Telinga mereka seperti dipukul dengan palu dan ditusuk-tusuk. Gendang telinga tak berhenti bergetar. Selagi tersiksa, mereka menyusuri kembali labirin ruangan. Menyusuri lorong menyesatkan.

“Sudah dua minggu mereka tak kembali.” Geffen mulai khawatir. “Aku takut mereka tak berhasil.”

“Tenang, Geffen, telah kuberkati mereka. Mereka akan menemukan jalan keluar.” Trinity menenangkan suaminya.

Kembali ke labirin ruangan dan tumpukan kaset musik Lucifer Records. Hansel dan Gretel berjuang mencari jalan keluar. Atau yang harus mereka lakukan pertama kali adalah menemukan satu sama lain. Mata mereka sampai merah karena telah berminggu-minggu nonstop telinga mereka diperdengarkan musik. Mereka tak bisa tidur dan tak bisa berhenti mencari jalan keluar.

“Aku mulai waswas. Apakah aku harus menjemput mereka?”

“Jangan Geffen. Kau manusia biasa. Kau mudah dikalahkan oleh Icarus.”

Hansel dan Gretel terengah-engah, langkah mereka semakin pelan. Labirin memutar-mutar, kembali ke ruangan yang selalu sama.
“Mereka akan menemukan secercah terang. Aku telah menanamkan pada diri mereka sebuah kunci.” Kata Trinity.

“Apa kau tidak terlalu dalam menanamkannya?”

“Tidak. Aku menanamnya tepat.”

Arrrrggghhhhhh!!!! Aaaarrrgggghhhh!!!! Hansel dan Gretel tak tahan lagi. Mereka menggila.

“Hardcore Hansel! Hardcore Hansel!” Hansel menjerit


“Gothic Gretel! Gothic Gretel!” Gretel pun melakukan
nya.


“Yang mereka harus lakukan adalah memusatkan konsentrasi pada denyut jantung. Denyut jantung Hansel dan Gretel seirama. Dengan itu, apabila mereka terpisahkan, mereka akan bertemu kembali.”

“Trinity. Aku khawatir.”


Hansel dan Gretel mulai putus asa. Mereka menjatuhkan diri di tengah labirin tumpukan vinyl. Terengah-engah tak berdaya. Lantunan menggebu-gebu musik Hardcore meremas-remas otak Hansel. Lantunan mengiris musik Gothic menyayat jiwa Gretel.

Mereka terjatuh ke dalam kegelapan. Sumur dalam yang tak berdasar. Aaaaaarrrgggghhhh!!! Aaaaarrrgghhh!! Lolongan mereka menggaung.

Mereka lupa dunia. Lupa daratan. Lupa langit. Lupa segalanya. Mereka terjun menuju ketiadaan.

“Hansel!” Gretel berseru.


“Gretel!” Hansel berseru.

Di sanalah mereka menemukan titik temu. Setitik terang muncul di depan mata mereka. Mereka robek celah terang itu dan membukanya lebar-lebar. Dalam ilusi mereka melihat segenggam jantung berdenyut. Hansel dan Gretel mendekat ke jantung itu. Mereka menyentuhnya.


Blaarrr!!!! Jantung itu meledak. Memuncratkan darah kehitaman. Mengalir deras membanjiri lantai ruangan dan merusak headphone di kepala mereka.

“Hansel?”

“Gretel?”


Mereka bertemu kembali. Mereka menyerbu satu sama lain dalam pelukan erat. Segala ingatan akan misi mulai bermunculan. “Pegangan tangan.” Cahaya berdenyar dari pertemuan tangan kanan mereka. Ketika tangan membuka, mereka menemukan kunc
i emas. Menyala terang.


“Ini pemandu kita.” Kata Hansel.

“Ayo ikuti.”

Cahaya terang dari kunci yang mereka genggam bersama, menunjukkan jalan terang. Sinarnya membelah labirin-labirin rak-rak musik. Menyapu mereka untuk menyingkir. Yang dahulunya mengusutkan kini mulai menyingkap. Dengan mudah mereka menemukan satu pintu besar. “Ini pintunya. Ini pasti tempat kitab dan pemusnah itu.” kata Gretel.
“Tapi, kenapa Icarus tidak muncul ya? Bukankah seharusnya dia menghadang kita?”

“Entahlah. Peduli amat. Barangkali dia sedang tidur.”

Mereka membuka pintu itu.

Lolongan suara menggelegar. “Tidaaaaaaakkkkk!!! Jangan masuk ke sana!!!!!” itu suara Icarus. Sosok berbayang meluncur menyusul Hansel dan Gretel. Dengan segera mereka menutup pintu itu, menghalangi Icarus masuk.

“Jangan berani-berani kalian!”
“Kami datang untuk menghancurkanmu, iblis jahanam!” seru Hansel dan Gretel serempak.

Di dalam ruangan itu dipenuhi dengan rak berisi kepala manusia sedang mengangakan mulut. “Oh tidak. Mereka semua penyanyi-penyanyi terkenal.” Kata Gretel.

“Lihat di ujung sana. Itu kitabnya.” Hansel menunjuk.

“Dan air suci. Dan ohh... gitar listrik dalam mitos itu!”


“Jadi ini pemusnah penyihir jahat.” Hansel memandangi dengan penuh minat gitar listrik berukirkan tulisan-tulisan kuno. “dan kutebak ini adalah mic pemusnah kekuatan jahat.”
“Kau tahu apa yang harus kita lakukan?”

“Pikiran kita selalu sejalan, saudari.”

“Apa yang kalian lakukan! Hentikan!” Icarus murka di luar pintu. “Buka pintu ini! Akan kubunuh kalian!”

Pintu membuka, perlahan. Gelap menyingkap. Lalu.... blaarrrr!!!!!!!


Icarus terpental terserang dengung gitar listrik yang dimainkan Hansel. Musik Hardcore berdentum-dentum dari tiap petikan penuh energinya. Kepala Icarus serasa dipelintir ketika Gretel mulai melantunkan nada-nada tinggi menyayat hati kalimat-kalimat dalam kitab mantra pemusnah. Dilantunkan dengan irama Gothic.

“Hardcore Hansel!” Hansel menggerung disodorkan mic oleh Gretel. Mereka menyudutkan Icarus.


“Gothic Gretel!”

Lalu mantra dalam kitab mereka nyanyikan dalam Hardcore dan Gothic berselingan.

Byaarrrr!!! Icarus terbuyarkan.

******

Setelah berpuluh pekan, suara bel pintu rumah Geffen berbunyi. Ia membuka pintu dan menjatuhkan rahangnya. “Kalian berhasil?”


Geffen memeluk Hansel dan Gretel dengan teramat erat.
“Kalian berhasil! Aku khawatir sekali.”


Trinity turun dan bergabung bersama pelukan itu. “Kutahu kalian akan berhasil.”

Mereka mengelilingi kitab mantra dan gitar dan mic pemusnah kekuatan jahat.

“Kalian berhasil membuktikan diri. Dan kurasa kini saatnya kalian bergabung dengan yang lain.” Kata Trinity.
“Yang lain?” Hansel dan Gretel bertanya serempak.


“Ya. Pejuang pemusnah kekuatan sihir jahat yang tak terlihat.” Trinity menjentikkan jari. Dari dapur muncullah dua orang. Laki-laki dan perempuan. “Perkenalkan, Jack dan Goldilock. Mereka adalah saudara kembar penemu drum dan bass pemusnah kekuatan sihir jahat. Mereka berhasil menumpas Deatheater Records bersamaan waktu dengan kalian.”

“Bergabunglah kalian menjadi grup musik pemusnah kekuatan sihir jahat. Kini lengkap sudah. Gitar, Hansel; vocal, Gretel; drum, Jack; Bass, Goldilock.” Geffen berujar.

Hansel dan Gretel tertawa histeris. “Ini keren.”

“Dan grup musik harus memiliki nama.” Kata Trinity.


“Aku tahu!” kata Hansel.

“Deadbeat!” seru Hansel dan Gretel girang dan histeris.

 

 

 
  Diadaptasi sambil headbanging dari “Hansel and Gretel”

Komentar

Postingan populer dari blog ini

INSOMNIAC SLEEPING BEAUTY

LOKA / LOCA? -- Part 1 "SELEKSI"

KI BONGKOK, POHON AJAIB, PUTRI ANGSA