Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2017

LIDAH LEGENDARIS

Kang Ilat mendatangi rumah Nyi Kondang bukan untuk memuaskan batang kemaluannya, sebaliknya ia ingin memuaskan Nyi Kondang. Kegiatannya menyelinap malam-malam ke rumah Nyi Kondang harusnya adalah perbuatan terlarang. Nyi Kondang memang tengah ambil libur dari pekerjaan hiburan di lokalisasi, tapi itu bukan berarti Nyi Kondang mau menerima tamu. Kalau saja Nyi Kondang tidak mau mendengarkan tawaran Kang Ilat, ia pasti sudah memanggil tukang gebuk lokalisasi untuk menghabisi Kang Ilat yang tak diundang tapi datang ini. Tawaran Kang Ilat menarik untuk diterima. “Meski kelaminku sudah tidak berfungsi, tapi aku telah menemukan cara menyalurkan energi syahwat ke lidahku. Aku telah berlatih. Lidah memang tak bertulang, sama halnya dengan pelir.” “Pelir dan lidah itu tak sama, Kang.” “Itulah. Nyi Kondang sudah terlampau banyak menerima yang sama. Percayalah, lidahku dapat sekeras linggis, atau terong, sesuka Nyi saja. Aku dapat mengaturnya. Bila Nyi Kondang menghendaki getaran yang nis

SI FULAN, SI DOR, DAN SI ANU

Gambar
Ada yang lucu ketika membicarakan tentang seseorang namun susah payah menyembunyikan identitasnya supaya orang yang belum tahu tetap dalam kebelum-tahuannya. Biasanya si anu akan sering dipakai. Karena sudah kadung kita kadang membayangkan yang lain ketika si anu disebut, misal si anu sedang menganu si anu, kan repot, sudah begitu sebutan menganu sering dikaitkan dengan kegiatan anu-anuan, jadi saya beri opsi saja untuk pakai si fulan. Saya dan teman-teman punya hubungan berbeda dengan si fulan. Hubungan saya dengan si fulan seperti hubungan tarik ulur antara cinta dan benci. Sebab ketika saya melihatnya kali pertama, sosok si fulan membuat saya tidak nyaman, ganteng sih memang, dan gagah, lelaki idaman banget, tapi ya begitu, ada segolongan orang rupawan yang membuat kita lebih memilih untuk tidak melihatnya. Awalnya si fulan itu baik, tapi lambat laun ternyata terkuak bahwa si fulan ini jahat. Saya agak kurang nyaman melihat si fulan beraksi, saya akan menghembuskan napas bosan

Bulu Mesin Waktu Muson

Bulu hidung yang tercabut itu memang sakit. Makanya Muson dapat menjelajahi waktu lebih panjang kalau ia cabut bulu hidung. Ah tapi itu hanya dilakukannya di keadaan genting. Segenting ketika teman kelasnya yang usilnya kayak anak setan, bersama tiga kroconya menjegal Muson lalu mencabut empat helai bulu hidung. Anak-anak setan itu membakar bulu hidung yang berhasil mereka cabut. Ah goblok! Muson mengutuk kebegoan mereka. Kini ia harus menjelajah waktu demi menyelamatkan anak-anak setan itu. Mereka terlempar ke masa lampau. Sebab bulu hidung yang mereka cabut ada upilnya. Sebut saja apa yang bisa dilakukan bulu-bulu pada tubuh Muson sebagai keajaiban, terserah kamu saja. Karena Muson berkata lain. Ia sudah belajar dari pengalaman lampau. Dahulu, ia memanfaatkan bulu-bulunya untuk putar-putar waktu, tentunya demi kepentingan pribadi. Ia mencabut sehelai rambut dan dapat maju atau mundur waktu sesuai dengan panjang rambut tersebut. Katakanlah satu senti setara dengan lima menit. Muson

Istri Semesta Sabun Inyong Koderi

Anggap saja ini dongeng. Inyong Koderi, pemuda yang punya semesta sabun. Di tempat yang penuh buih dan gelembung wangi itu ia bisa mencipta apa saja. Termasuk sesosok istri. Inyong Koderi sudah kepala dua tambah lima, ia capek mendengar cerocosan ibunya yang bawel minta menantu. Sudah begitu, Inyong Koderi pengangguran, sukanya melamun ngawur di siang bolong ditemani ukulele butut bersenar dua. Parahnya lagi, Inyong Koderi punya dua kutil di jidat, ya mana gampang cari prospekan istri. Gadis yang tak laku saja tidak mau, apalagi yang bening bagai mutiara. Demi menghapus kemalangan nasib itu, ya sudah, mending menciptakan dunia yang hanya ia sendiri bisa masuki. Sebuah dunia ajaib yang dipenuhi gelembung sabun. Di dalam gelembung itu Inyong Koderi dapat mencipta desa, kota, negara, apa saja. Ia mencipta minion-minion lucu yang akan bekerja untuknya siang dan malam. Menyediakan apa saja yang Inyong Koderi minta. Sekali jentikan jari apa saja muncul di hadapan wajah. Maka ketika kali