Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2019

LUBANG LUBANG PETAKA

Rest area itu tiba tiba saja ramai. Sebelumnya ia bagai tempat suwung, begitu sepi begitu mencekam. Hanya ada satu selang pom bensin di sana, dijaga oleh entah itu manusia atau bukan, tak ada yang bisa memastikan. Hanya beberapa truk saja yang berhenti di sana. Toiletnya pun menyedihkan. Lebih baik kencing di tanah saja daripada harus masuk ke sana. Semua itu berubah ketika ada pengendara mobil van berhenti dan menurunkan belasan perempuan. Mereka menyulap tempat itu jadi ramai. Toiletnya yang paling pertama diremajakan.  Awalnya hanya satu dua truk langganan yang tetap berhenti di sana. Lama-kelamaan bertambah jadi belasan lalu puluhan. Menyebabkan kemacetan tol panjang. 

KEMATIANMU TAK ABADI

Tiga orang pemuda itu sudah berada di depan Romla. Duduk di sofa yang robek di beberapa bagian. Mereka duduk berhimpitan. Menatap Romla dengan gugup. Mereka berkeringat dingin. Di otak mereka sudah muncul fantasi-fantasi menggelikan. Romla menghadapi mereka dengan tenang. Kali ini pakaiannya lebih tertutup. Celana jins dan kaos oblong. Lengan kaosnya panjang sesiku. Dia membaca lagi sekilas profil ketiga calon penghuni. Profilnya lebih tebal dari yang dikirimkan oleh calon itu sendiri. Romla melakukan riset lebih mendalam tentang calon penghuni. Ada tujuan khusus yang tak bisa dia bagi kepada siapa pun.  Tanpa banyak kata, Romla memberikan satu kunci kamar kepada mereka bertiga. Tiga pemuda itu hanya mampu membayar untuk satu kamar. Tidak masalah dihuni bertiga.  “Selamat menghuni. Ingat, jangan berbuat yang macam-macam.” Hanya itu pesan Romla. Setelah tiga pemuda itu pergi menuju kamar mereka, Romla membawa profil tiga pemuda itu ke lantai tujuh. Ia menemui orang kepercayaannya.

TEMPAT YANG TAK BOLEH DITINGGALKAN

Sesuatu dalam diri Danu menguak ke permukaan begitu kuatnya ketika ia habis diputuskan seorang pacar. Hubungannya dengan si pacar, sebut ia Teratai, seperti jalannya wahana kereta cepat yang naik turun menyeret jantung berdetak kencang. Saat-saat cinta penuh rindu, sangat penuh cinta dan rindu. Saat-saat penuh gejolak amarah, sangat penuh gejolak amarah. Pacarnya itu sudah lama ingin hengkang dari Tangerang Selatan. Ungkap Teratai, ia ingin mengadu nasib yang lebih baik di tempat lain. Namun Danu selalu mengelak, ia memberi banyak alasan untuk menolak. Sesuatu dalam dirinya, masih ingin melekat di tempat tinggal saat ini. Sesuatu dalam dirinya, tidak ingin pergi. Danu dan sesuatu dalam dirinya, masih ingin berdiam diri di sore hari sampai matahari terbenam penuh, di pinggiran Situ. Maka ketika perdebatan tanpa ujung itu mencapai klimaksnya, Danu pasrah saja hubungannya kandas. Sesuatu dalam dirinya lebih kuat bertahan daripada cinta yang sudah bertahan selama lebih dari empat tahun.