LOKA / LOCA? -- PART 2 "INISIASI" (Bagian Awal)


It is impossible to suffer without making someone pay for it; every complaint already contains revenge.”
― Friedrich Nietzsche

 

Kutulis cerita ini dari ingatan yang mulai tergerus. Dengan menulis ini semoga cerita itu tidak hilang. Dan apabila terdapat ketidaksesuaian konten, harap maklum, saya manusia biasa yang ingin menulis cerita. Seharusnya kulakukan itu ketika ingatan itu masih segar. Namun butuh pendewasaan diri dan keberanian untuk menuliskan ini semua.

Keringat bercucuran, ototmu tegang, wajahmu memelas, namun tetap saja kau melakukannya...
 

Telah kuinjakkan kakiku kembali di Padangan. Aku pulang dengan membawa tiga lembar daftar bawaan dan satu dokumen surat pernyataan di atas materai. Dalam waktu tersisa satu minggu itu bule’ sempat mengadakan acara selamatan, karena beliau sudah bernazar. Menyebar berita gembira ini kepada tetangga. Aku malu, dan sungguh, acara itu tak perlu. Apalagi penyampaian berita gembira itu disampaikan oleh bule’ dengan harapan yang melambung tinggi. Aku khawatir harapan itu jatuh dan hancur berkeping – keping. Semoga saja beliau lebih bijaksana ketika menerima kabar dua tahun nanti.

Amplop berisi dua juta rupiah diberikan oleh bule’. Saudara – saudara di Jombang patungan untuk mendanai kebutuhanku di tiga lembar kertas. Semua sepakat mengirimku ke kakakku di Tangerang untuk membeli semua perlengkapan lalu berangkat ke Bekasi. Aku pamit ke Pakdhe, yang telah membiarkan aku tinggal bersamanya selama dua belas tahun. Hanya pada saat terakhir aku ikut dengan bule’ di bulan – bulan menjelang UN SMK dan setelahnya.

Perjalanan dengan kereta api. Turun Pasar Senen. Subuh sampai.

Tersisa dua hari sebelum hari pelantikan di LLK-BS.

Pada hari kedatanganku itu, kumanfaatkan untuk bermain dengan dua keponakan, Rasha dan Rafa. Baru esok hari tugas berbelanja perlengkapan dimulai.

Hari pertama. Daftar itu panjang sekali. Aku bawa pulpen untuk menandai barang yang sudah terbeli. Sapu, pel, pengki, tempat sampah, ember, gantungan baju, sikat, dll. Semua peralatan standar rumah tangga. Itu semua dibeli di pasar dekat rumah kakakku di daerah Cikupa. Agak siang aku dan kakakku pergi ke supermarket. Membeli banyak daftar yang isinya membuat kita terheran, untuk apa itu semua? Pada saat itu aku tidak bertanya – tanya. Anak yang baru lulus SMK hanya bisa menuruti persyaratan demi bisa masuk ke tempat itu. Bukan yang didamba sebenarnya, melainkan terlanjur dan harus dijalani. Pada saat itu, harapan masih melambung seperti Zeppelin.

Sekaleng bundar biskuit mahal, berbotol – botol sirup aneka rasa, lengkeng, duku, snack dan macam – macam lagi aku tak ingat. Aku duga itu semua akan aku dan teman – temanku nikmati saat puasa karena waktu mendekati bulan ramadhan. Sorenya aku cukur. Persyaratan dari LLK-BS, kami semua harus cukur botak plontos. Agak malam, masih memburu daftar belanjaan, hujan lagi. Aku traktir kakakku makan burger cfc yang minim rasa dan ukuran.

Esok dilanjut lagi mencari daftar yang tidak ketemu di supermarket yang kami satroni.

Salah satu barang yang susah dicari itu adalah gelas melamin. Entah aku yang tidak cermat mencari atau gelas itu memang tidak ada di supermarket kemarin.

Seharian penuh lagi kami berpanas – panasan di jalan naik motor. Mencari jajanan yang namanya aku tak ingat. Berkali – kali mendatangi toko swalayan demi mencari gelas itu namun tak ketemu juga.

Wah, ini belum – belum sudah dikerjain aja. Barangkali ini ospeknya.

Kata kakakku. Aku ketawa aja.

Larut malam kami baru kembali. Sisa lima jam lagi. Jam empat harus bangun. Masih ngantuk dan tenaga belum benar – benar pulih. Sarapan mie rebus dan telor. Kakakku ngomel – ngomel, barang yang sudah kebeli kemarin belum aku rapikan supaya gampang dibawa di motor.

Bersiaplah untuk .....

Dua jam perjalanan dari Tangerang Bekasi. Acara pelantikan dimulai jam sembilan setelah siswa LLK-BS selesai senam. Deg – degan tak karuan. Kakiku masih terasa lemas. Kucoba sapa para peserta yang lolos. Ali Sadikin yang giginya bocel sedang berbincang dengan Sandi. Keduanya sama – sama dari Cirebon. Aku diam saja, bingung mau mengajak siapa berbicara. Kakakku menegurku, ngobrol kek.

Sebelum acara dimulai, logistik yang telah kami bawa didata dan disimpan oleh siswa LLK-BS. Semua handphone disita.

Bersiaplah untuk.....

Acara dimulai di ruang Newton. Wali dan calon siswa masuk. Barisan kursi ditata membentuk persegi. Dua sisi di tepi untuk wali pendamping; Sisi depan untuk instruktur dan kepala diklat serta pejabat pabrik; sisi yang lain untuk 24 calon siswa. Ya, kami masih disebut calon siswa sebelum acara ospek selesai. Begitu uraian kepala diklat. Semoga ke 24 anak Bapak dan Ibu bisa lolos untuk mengikuti pendidikan selama dua tahun di sini. Perlu diketahui bahwa anak – anak akan dilatih mental dan kecakapannya selama di sini. Anak – anak akan dibuat menjadi laki – laki tangguh, karena di industri pabrik terdapat banyak mesin – mesin berat. Karena itu, akan ada banyak latihan fisik di LLK ini. Begitu kiranya kepala diklat menyampaikan.

Anak – anak akan dididik dengan keras di sini, agar siap dengan berbagai tantangan di industri. Kami pastikan selama dua tahun itu, anak bapak dan ibu akan berubah dan beda dari kebiasaannya selama ini. Nanti bapak ibu akan mendapati anak anda yang tadinya bangun siang, malas – malasan menjadi rajin bersih – bersih, bangun pagi, sholat lima waktu dan sebagainya. Lanjutnya.

Lalu sambutan – sambutan dan ditutup doa oleh Pak Gufron.

Wali dan calon siswa diperkenankan masuk melihat – lihat asrama. Ada beberapa anak yang lupa tidak melepas sepatunya ketika masuk asrama. Ada yang duduk di ruang tamu asrama dan kursi biru. Tiap kamar terdiri dari empat anak dengan dua tempat tidur tingkat. Asrama sendiri terdiri dari dua belas kamar. Yang berarti akan ada 48 anak laki – laki dalam bangunan itu. Kamarnya tidak begitu luas. Empat meja menempel di dinding. Sisi kamar yang menghadap ke luar terdapat kaca dan jendela kaca nako. Satu kipas angin dan dua lemari kaca menempel di atas tembok. Lemari baju berbentuk kotak satu laci di simpan di bawah ranjang. Sudah ada label nama di tiap ranjang itu. Satu teman sekamarku ternyata tidak hadir. Aku lupa namanya. Yang kuingat adalah aku sekamar dengan Imam Syahrial dan Ansari Lubis. Lalu siswa LLK mengajari kami menyelimuti kasur dengan benar. Mengikat tiap ujung seprai lalu memasukkannya ke kasur kapas lalu tinggal dirapikan. Lalu aku beramah tamah dengan dua teman sekamarku itu. Imam Syahrial dari sukabumi jurusan mekanik, Ansari Lubis akan bersamaku di Elektrik. Dia dari Bekasi.

Bersiaplah untuk.....

Lututku masih terasa lemas dan sekarang perutku teraduk – aduk rasanya. Sebentar lagi para orang tua dan wali dipersilakan untuk meninggalkan ananda. Kakakku pamit dan memberi uang. Semoga berhasil.

Bersiaplah...

Kami berduapuluhempat digiring keluar oleh kakak – kakak LLK.

Lalu mulailah...

Jam sebelas siang.

Suara bel bertalu – talu.

TEEEETTTTTT!!!! TEEEETTTTT!!!!!

Teriakan, sentakan, seruan perintah, instruksi terlontar cepat dengan suara yang tak lagi perlu menggunakan megaphone.

Kami semua serentak seperti orang yang ditempeleng saat bangun tidur. Tempelengan itu amat keras sampai – sampai mengguncang segumpal jaringan di dalam kepalamu.

Gemetaran.

Gerak cepat.

Baris dua banjar. Aku diseret. Disuruh ganti baju, dari lengan panjang ke lengan pendek. Aku bilang aku tidak bawa lengan pendek. Temanku Ansari meminjamiku baju. Sambil dihitung aku berganti pakaian. Aku disentak habis – habisan karena sembarangan melepas sepatu.

Aku kurang ingat apa saja aba – aba yang mereka teriakan itu. Kami semua terbakar terik matahari. Tangan kami terangkat semua.

Dipilih satu anak untuk memimpin barisan. Nico namanya. Dari Bandung. Berkali – kali salah mengucapkan aba – aba. Setiap salah. Kami dihukum. Push up. Aku tidak kuat push up. Gerakanku tidak benar. Lalu gerakan cepat dari posisi jongkok dengan satu kaki ke berdiri sigap. Dikomando oleh Ibrahim Aji. Aku tahu dari postur tubuhnya yang tinggi begitu, dia adalah anak paskibra. Selama ini aku telah meremehkan anak paskibra.

Ini serius. Dunia yang kukenal terbalik seratus delapan puluh derajat. Yang awalnya klemar – klemer dipaksa tegak dan cepat dan keras.

Kakak yang paling keras suaranya adalah Ibrahim Aji. Mengerikan. Dari dulu aku tidak suka kegiatan paskibra. Mendadak terkena serangan seperti ini aku jadi menyesal. Banyak aba – aba berbaris yang tidak familiar. Aku mengikuti siapa yang ada di kanan kiriku. Dan itu juga diharuskan. Kami diharuskan mengingat posisi kami.

Jam dua belas. Waktu sholat dan makan siang. Dari tadi aku sudah lapar. Tapi tahu penyambutannya seperti ini aku jadi kurang antusias. Aku lebih konsentrasi ke aba – aba dan sentakan – sentakan perintah kakak kelas.

Kami melangkah maju jalan menuju masjid diiringi dua kakak. Berkali – kali aku menelan jakunku sendiri. Di depan masjid kami masih berbaris, melepas sepatu di tempat kami berdiri. Cara melepas sepatu yang diajarkan di sini adalah kaki kiri terlebih dahulu.

Jantungku masih berdebar ketika mengambil air wudhu. Terutama karena kami semua dilihat oleh banyak karyawan pabrik.

Setelah shalat berjamaah, kami berbaris lagi, lalu melangkah maju jalan ke kantin. Diberi petunjuk oleh kakak kelas, kami bergiliran menandatangani selembar form yang sudah ada nama kami, di kolom siang. Lalu memilih makanan yang disuka. Aku tidak ingat makanan apa yang pertama aku pilih.

Telah disediakan meja panjang khusus peserta inisiasi (baca: ospek) dengan tulisan ‘khusus anak LLK’. Ada yang mengambil air dan minum sambil berdiri. Belum tahu bahwa itu termasuk kesalahan besar.

Kakak kelas menyuruh satu anak memimpin doa. Lalu acara makan dimulai. Dengan bisik pelan, kakak kelas memberitahu kita hanya dikasih waktu lima menit untuk menghabiskan makan. Sial! Aku mengambil terlalu banyak nasi dan aku tidak kuat makan, lebih karena aku tidak bernafsu. Waktu menipis dan nasiku masih banyak.

Sekarang makan buahnya.

Sekarang minum.

Pimpin doa selesai makan.

Lalu kami kembali berbaris keluar, melangkah maju jalan, kembali ke depan asrama. Di atas aspal panas kami berbaris lagi. Merentangkan tangan.

Kami buyar. Dihukum lagi dengan keras karena lupa posisi kami. Aku ingat di sebelah kiriku adalah Irvan Maulana. Dia lupa. Malah berbaris di pojok. Sekali lagi kami diperintah dengan keras untuk mengingat posisi barisan kami.

TURUNKAN NASI!

Apa maksudnya? Aku tidak paham. Kakak kelas bernama Riki Suhaemi memeragakan gerakan tangan ke atas sambil meremas – remas tangan sendiri. Dibentak terus jika ada yang tangannya tidak terangkat dengan sempurna.

Bulir – bulir keringat bercucuran. Nasi yang telah masuk ke perut itu bergejolak. Belum sempurna terekskresi namun tubuh sudah dipacu untuk melaksanakan kegiatan yang berat.

Push up lagi. Di terik panas yang menyengat. Di aspal hitam berkerikil yang melelehkan saraf. Berjajar sepanjang dinding diklat, depan asrama, kami mengambil langkah di tempat setinggi level air. Bentakan – bentakan terus menemani kami.

Kesalahan – kesalahan di kantin tadi diungkap.

SIAPA YANG MINUM SAMBIL BERDIRI?!

SIAPA YANG TIDAK HABIS MAKANNYA!?

SIAPA YANG MENGOBROL DENGAN ORANG PABRIK?!

DASAR SEMUA SELONONG BOY! LEWAT DEPAN ORANG TIDAK BILANG PERMISI!

Teriak dua kakak, memeragakan orang berjalan di depan orang sambil bilang . PERMISI PAK.

Yang melakukan kesalahan yang disebutkan barusan dikumpulkan sendiri – sendiri. Aku termasuk yang tidak habis makannya.

DASAR GAK TAHU TERIMA KASIH. DIKASIH MAKAN GAK DIHABISIN. GAK MENGHARGAI YANG MASAK! KANTIN SUDAH CAPE CAPE NYIAPIN. GAK KALIAN HABISIN.

Push up lagi. Aku sama sekali sudah tidak kuat push up. Aku dihina – hina oleh mereka. Sambil salah satu kakak melakukan push up membarengi kami.

GAK MALU KALIAN?! KAKAKNYA IKUT PUSH UP.

Kami diselamatkan oleh jadwal. Kami masuk ke ruang newton lagi. Ada penyampaian materi. Aku lupa materi apa yang disampaikan. Kami mengambil buku dan pulpen. Kami terkena omelan oleh kakak kelas, posisi duduk kami teramat salah. SALAH BESAR! Kami harus duduk tegak. Ujung kaki lurus satu sama lain. Dan tidak boleh bersandar.

Materi pertama disampaikan oleh Pak Agus Darwoko. Beliau berperawakan kurus. Kami diperlihatkan slide materi. Sebelum kami duduk dan materi dimulai, kami berdiri dan melakukan penghormatan kepada instruktur. Yaitu dengan berdiri lalu membungkuk. Ala Jepang. Siap! Berdiri! Beri Hormat! Hormat! (Sepertinya ada yang salah dengan aba – aba hormat yang aku tulis ini. Jika iya dan ada yang ingat, mohon koreksi dengan pm)

Aku tidak tahu apa yang harus kutulis. Jadi aku menulis dengan asal apa yang kudengar. Dan ternyata itu MASALAH BESAR!

Penyampaian materi itu membuat ngantuk. Aku sekuat tenaga menahan kantuk itu. Materi selesai waktu kumandang ashar terdengar. Kami dibariskan lagi dan melangkah maju jalan ke masjid. Sama seperti sebelumnya peraturannya. Hanya beda yang menjadi pemimpin. Kami semua diharuskan untuk bergantian mengomando barisan kami.

Setelah shalat ashar kami berkumpul di depan diklat. Latihan senam. Ah, paling tidak kami tidak dihukum push up untuk sementara waktu. Satu kakak kelas bernama Muhtadi memimpin gerakan senam. Baru awal – awal semua gerakan kami salah semua. Push up tidak kuat sama sekali. Di rentetan gerakan senam itu ada push up juga, sebanyak dua puluh kali.

Tapi tunggu.

Dari jam makan siang sampai sore jam lima itu kami tidak minum. Kami dehidrasi. Bibir kami sudah mulai pecah – pecah. Lalu terdengar suara gerobak didorong, satu ember besar di atasnya. Kakak kelas yang mendorong itu membawa gayung dan gelas melamin.

Kami semua dibariskan lalu berjalan menuju gerobak ember yang isinya air minum itu dengan jalan jongkok. Satu per satu kami menenggak segelas air yang terbatas. Tidak boleh minum sepuasnya. Rasa dahaga yang luar biasa itu tergusur oleh segarnya air satu gelas. Tenaga yang diforsir sedemikian rupa, mental yang dibentak – bentak, dan push up yang tiada henti benar – benar memberikan makna kepada segelas air itu. Rasa dahaga ini lebih dari rasa haus ketika menjalani puasa. Kerongkongan betul – betul kering.

Menuju maghrib, kami berbaris lagi di depan asrama. Kami semua dijebak. Katanya kami diperbolehkan mandi. Dan diberi waktu sepuluh menit. Lari tunggang langgang semuanya mengambil peralatan mandi di kamar masing – masing, lalu berebut memasuki kamar mandi. Aku lega bisa kencing. Aku mandi dengan cepat. Sabun seadanya lalu mengguyur sedikit lalu dengan cepat mengeringkan badan. Dari luar sana pintu digedor – gedor dengan keras seolah ada Troll mengamuk di luar.

CEPAT! WAKTU HABIS!

Semua lari masuk ke kamar dan memasukkan handuk ke lemari, lalu terbirit – birit memakai sepatu dan kembali berbaris.

Saat itulah aku pertama kali berbohong. Aku tidak ingin terkena yang lebih parah.

SIAPA TADI YANG MANDI?!! KALIAN TIDAK LIHAT ADA TEMAN KALIAN YANG TIDAK MANDI!? MANA JIWA KORSA KALIAN?! KOMANDO SATU RASA?! SATU TIDAK MANDI, SEMUA TIDAK MANDI!

Mereka – mereka yang mengaku disingkirkan dan diberi pelajaran. Yang masih berdiri di tempat pun juga tidak dibiarkan begitu saja. Kami disuruh mengambil posisi nomor sembilan.

Posisi nomor sembilan? Bagaimana itu?

Kakak kelas dengan berang memperagakan pada kami. Posisi nomor sembilan adalah membuka kaki ke samping, tangan membentuk sudut 90 derajat. Seperti kepiting. Sampai maghrib.

Kami disuruh berganti pakaian baju koko untuk ke masjid dan lalu  makan malam. Urutannya masih sama. Dan kesalahan – kesalahan sikap di kantin semakin banyak pula. Buku – buku kami dikumpulkan dan diperiksa. Sambil menunggu isya, kami dibariskan lagi di depan asrama, dibacakan kepada kami kesalahan – kesalahan fatal di kantin. Masih ada yang minum sambil berdiri, meminum sup dari mangkuk, menjatuhkan butir nasi, dll.

Selama setengah jam itu. Posisi nomor sembilan.

Jeda isya.

Setelah isya kami berganti pakaian ke pakaian semula. Kemeja gelap pendek dan celana bahan hitam. Kami dikumpulkan di ruang tamu. Duduk sesuai kamar. Kamar 1 sampai 6. Aku kamar 3. Imam menjadi ketua kamar.

Suasana riuh ricuh. Penuh teriakan dari kakak – kakak. Kami harus lapor kondisi kamar dengan berurut.

ASSALAMUALAIKUM WARROHMATULLOHI WABAROKATUH.

SAYA IMAM SYAHRIAL DARI KAMAR 3B MELAPORKAN. KONDISI KAMAR RAPI! SATU ANGGOTA KAMAR TIDAK HADIR. TIGA ANGGOTA KAMAR SEHAT WALAFIAT.

ALHAMDULLILLAHIRABBILALAMIN

SEKIAN LAPORAN DARI KETUA KAMAR 3B.

WASSALAMUALAIKUM WARRAHMATULLOHI WABAROKATUH..

Gilanya. Semua ucapan yang terdengar di meeting malam itu harus dicatat. Dengan huruf besar semua.

Kami dibacakan janji siswa dan harus dihapalkan secepat mungkin.

Lalu dilanjut dengan perkenalan satu per satu dari kami berduapuluhempat.

NAMA SAYA...

MANA SALAMNYA!!

ASSALAMUALAIKUM WARROHMATULLOHI WABAROKATUH.

PERKENALKAN NAMA SAYA HADITHA MOHAMAD. SAYA DARI BOJONEGORO. SMKN PURWOSARI. JURUSAN ELEKTRIK. HOBI SAYA MAIN SULAP..

INI DIA PENIPU!!!

Seorang kakak bernama Jefri. Orangnya pendek dan kurus ceking tapi tampangnya seperti preman. Selama dua tahun aku segan sekali dengan kakak itu.

INI DIA BAKAL PENIPU. PESULAP. ITU TUKANG TIPU.

DIA YANG MEMPERMAINKAN PAK FATAH. BERANI BENAR!

Jefri asal Padang.

KAMI SEMUA YA, TIDAK BERANI MENGOLOK – OLOK DAN MEMPERMAINKAN INSTRUKTUR. KAMI SEMUA HORMAT SAMA INSTRUKTUR. KAMU, ANAK BARU, SUDAH BELAGU.

KAMU PENIPU. KATAKAN. KAMU NIPU KAN?

TIDAK. SAYA ... SAYA HANYA... MENGELABUI..

Jawabku.

MENGELABUI KATANYA... ITU SAMA AJA.

Aku didorong sampai menabrak pintu utama asrama. Perkenalan itu dilakukan dengan berdiri di depan semua orang.

OKE. INI KALI KESEMPATAN TERAKHIR KAMU MAIN SULAP. SETELAH INI KAMI BAKAR KARTU KAMU. SILAKAN.

Aku sekali lagi memainkan trik kartuku. Dengan suasana yang mendebarkan dan membuat jantungku tak berhenti berdegup. Aku memainkan dengan ganjil. Aku menunjuk anak dari Blora sebagai relawan.

AKU TUNJUK. SUTRISNO.

Selesai. Aku berhasil melakukan trikku. Sama seperti yang aku pertunjukkan di depan interviewer.

Setiap perkenalan kurang lebih sama. Kami dipermainkan. Dibentak – bentak. Ada namanya, Dadan Hidayat, ia bilang hobi main bola, lalu satu kakak mengambil bola dan dioper ke Dadan. Tidak sengaja, atau memang reflek, Dadan mengembalikan operan itu. Dadan digiring keluar dan entahlah, apa yang mereka perbuat pada Dadan.

Saat aku telah menginjak tahun kedua. Kudapati acara semacam ini seperti ajang pembalasan dendam serta penghiburan. Kulihat dengan intip – intip, kakak – kakak itu betul – betul menikmati.

Di malam itu, semua tas kami digeledah. Di dalam tasku ada flashdisk, aku bawa dua, aku ingat ada salah satunya berisi video Miyabi. Aku takut ketahuan dan aku sembunyikan flashdiskku itu. Renteng kopi diambil. Isi dompet dikeluarkan dan dicatat berapa nilainya, lalu disimpan oleh bendahara asrama.

Gilanya. Kami harus menulis itu semua. Dengan tulisan besar – besar.

Hampir jam sebelas malam acara baru selesai. Kami dipersilakan beristirahat. Kami diberi kesempatan untuk buang air kecil. Pintu dikunci dari luar.

Di dalam aku berbincang dulu dengan Imam dan Ansari. Saling memijat satu sama lain. Lalu tidur.

Hari pertama yang mengagetkan itu usai. Masih ada hari esok. Dan aku masih kurang kepastian. Akan berapa lama inisiasi ini dilaksanakan?

Sungguh. Kegiatan ini menjadi semacam mimpi buruk di kemudian hari.

 

(episode atau part 2 INISIASI akan berlanjut ke tahap lanjutnya: DRAMA TENGAH MALAM)

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

INSOMNIAC SLEEPING BEAUTY

LOKA / LOCA? -- Part 1 "SELEKSI"

KI BONGKOK, POHON AJAIB, PUTRI ANGSA