LOKA / LOCA? -- PART 2 "INISIASI" (Bagian Awal)
“It
is impossible to suffer without making someone pay for it; every complaint
already contains revenge.”
― Friedrich Nietzsche
― Friedrich Nietzsche
Kutulis cerita ini dari ingatan
yang mulai tergerus. Dengan menulis ini semoga cerita itu tidak hilang. Dan
apabila terdapat ketidaksesuaian konten, harap maklum, saya manusia biasa yang
ingin menulis cerita. Seharusnya kulakukan itu ketika ingatan itu masih segar.
Namun butuh pendewasaan diri dan keberanian untuk menuliskan ini semua.
Keringat bercucuran, ototmu
tegang, wajahmu memelas, namun tetap saja kau melakukannya...
Telah kuinjakkan kakiku kembali di Padangan. Aku
pulang dengan membawa tiga lembar daftar bawaan dan satu dokumen surat
pernyataan di atas materai. Dalam waktu tersisa satu minggu itu bule’ sempat
mengadakan acara selamatan, karena beliau sudah bernazar. Menyebar berita
gembira ini kepada tetangga. Aku malu, dan sungguh, acara itu tak perlu.
Apalagi penyampaian berita gembira itu disampaikan oleh bule’ dengan harapan
yang melambung tinggi. Aku khawatir harapan itu jatuh dan hancur berkeping –
keping. Semoga saja beliau lebih bijaksana ketika menerima kabar dua tahun
nanti.
Amplop berisi dua juta rupiah diberikan oleh
bule’. Saudara – saudara di Jombang patungan untuk mendanai kebutuhanku di tiga
lembar kertas. Semua sepakat mengirimku ke kakakku di Tangerang untuk membeli
semua perlengkapan lalu berangkat ke Bekasi. Aku pamit ke Pakdhe, yang telah
membiarkan aku tinggal bersamanya selama dua belas tahun. Hanya pada saat
terakhir aku ikut dengan bule’ di bulan – bulan menjelang UN SMK dan
setelahnya.
Perjalanan dengan kereta api. Turun Pasar Senen.
Subuh sampai.
Tersisa dua hari sebelum hari pelantikan di
LLK-BS.
Pada hari kedatanganku itu, kumanfaatkan untuk
bermain dengan dua keponakan, Rasha dan Rafa. Baru esok hari tugas berbelanja
perlengkapan dimulai.
Hari pertama. Daftar itu panjang sekali. Aku
bawa pulpen untuk menandai barang yang sudah terbeli. Sapu, pel, pengki, tempat
sampah, ember, gantungan baju, sikat, dll. Semua peralatan standar rumah
tangga. Itu semua dibeli di pasar dekat rumah kakakku di daerah Cikupa. Agak
siang aku dan kakakku pergi ke supermarket. Membeli banyak daftar yang isinya
membuat kita terheran, untuk apa itu semua? Pada saat itu aku tidak bertanya –
tanya. Anak yang baru lulus SMK hanya bisa menuruti persyaratan demi bisa masuk
ke tempat itu. Bukan yang didamba sebenarnya, melainkan terlanjur dan harus
dijalani. Pada saat itu, harapan masih melambung seperti Zeppelin.
Sekaleng bundar biskuit mahal, berbotol – botol
sirup aneka rasa, lengkeng, duku, snack dan macam – macam lagi aku tak ingat.
Aku duga itu semua akan aku dan teman – temanku nikmati saat puasa karena waktu
mendekati bulan ramadhan. Sorenya aku cukur. Persyaratan dari LLK-BS, kami
semua harus cukur botak plontos. Agak malam, masih memburu daftar belanjaan,
hujan lagi. Aku traktir kakakku makan burger cfc yang minim rasa dan ukuran.
Esok dilanjut lagi mencari daftar yang tidak
ketemu di supermarket yang kami satroni.
Salah satu barang yang susah dicari itu adalah
gelas melamin. Entah aku yang tidak cermat mencari atau gelas itu memang tidak
ada di supermarket kemarin.
Seharian penuh lagi kami berpanas – panasan di
jalan naik motor. Mencari jajanan yang namanya aku tak ingat. Berkali – kali
mendatangi toko swalayan demi mencari gelas itu namun tak ketemu juga.
Wah, ini belum – belum sudah dikerjain aja.
Barangkali ini ospeknya.
Kata kakakku. Aku ketawa aja.
Larut malam kami baru kembali. Sisa lima jam
lagi. Jam empat harus bangun. Masih ngantuk dan tenaga belum benar – benar
pulih. Sarapan mie rebus dan telor. Kakakku ngomel – ngomel, barang yang sudah
kebeli kemarin belum aku rapikan supaya gampang dibawa di motor.
Bersiaplah untuk .....
Dua jam perjalanan dari Tangerang Bekasi. Acara
pelantikan dimulai jam sembilan setelah siswa LLK-BS selesai senam. Deg – degan
tak karuan. Kakiku masih terasa lemas. Kucoba sapa para peserta yang lolos. Ali
Sadikin yang giginya bocel sedang berbincang dengan Sandi. Keduanya sama – sama
dari Cirebon. Aku diam saja, bingung mau mengajak siapa berbicara. Kakakku
menegurku, ngobrol kek.
Sebelum acara dimulai, logistik yang telah kami
bawa didata dan disimpan oleh siswa LLK-BS. Semua handphone disita.
Bersiaplah untuk.....
Acara dimulai di ruang Newton. Wali dan calon
siswa masuk. Barisan kursi ditata membentuk persegi. Dua sisi di tepi untuk
wali pendamping; Sisi depan untuk instruktur dan kepala diklat serta pejabat
pabrik; sisi yang lain untuk 24 calon siswa. Ya, kami masih disebut calon siswa
sebelum acara ospek selesai. Begitu uraian kepala diklat. Semoga ke 24 anak
Bapak dan Ibu bisa lolos untuk mengikuti pendidikan selama dua tahun di sini.
Perlu diketahui bahwa anak – anak akan dilatih mental dan kecakapannya selama
di sini. Anak – anak akan dibuat menjadi laki – laki tangguh, karena di
industri pabrik terdapat banyak mesin – mesin berat. Karena itu, akan ada
banyak latihan fisik di LLK ini. Begitu kiranya kepala diklat menyampaikan.
Anak – anak akan dididik dengan keras di sini,
agar siap dengan berbagai tantangan di industri. Kami pastikan selama dua tahun
itu, anak bapak dan ibu akan berubah dan beda dari kebiasaannya selama ini.
Nanti bapak ibu akan mendapati anak anda yang tadinya bangun siang, malas –
malasan menjadi rajin bersih – bersih, bangun pagi, sholat lima waktu dan
sebagainya. Lanjutnya.
Lalu sambutan – sambutan dan ditutup doa oleh
Pak Gufron.
Wali dan calon siswa diperkenankan masuk melihat
– lihat asrama. Ada beberapa anak yang lupa tidak melepas sepatunya ketika
masuk asrama. Ada yang duduk di ruang tamu asrama dan kursi biru. Tiap kamar
terdiri dari empat anak dengan dua tempat tidur tingkat. Asrama sendiri terdiri
dari dua belas kamar. Yang berarti akan ada 48 anak laki – laki dalam bangunan
itu. Kamarnya tidak begitu luas. Empat meja menempel di dinding. Sisi kamar
yang menghadap ke luar terdapat kaca dan jendela kaca nako. Satu kipas angin
dan dua lemari kaca menempel di atas tembok. Lemari baju berbentuk kotak satu
laci di simpan di bawah ranjang. Sudah ada label nama di tiap ranjang itu. Satu
teman sekamarku ternyata tidak hadir. Aku lupa namanya. Yang kuingat adalah aku
sekamar dengan Imam Syahrial dan Ansari Lubis. Lalu siswa LLK mengajari kami
menyelimuti kasur dengan benar. Mengikat tiap ujung seprai lalu memasukkannya
ke kasur kapas lalu tinggal dirapikan. Lalu aku beramah tamah dengan dua teman
sekamarku itu. Imam Syahrial dari sukabumi jurusan mekanik, Ansari Lubis akan
bersamaku di Elektrik. Dia dari Bekasi.
Bersiaplah untuk.....
Lututku masih terasa lemas dan sekarang perutku
teraduk – aduk rasanya. Sebentar lagi para orang tua dan wali dipersilakan
untuk meninggalkan ananda. Kakakku pamit dan memberi uang. Semoga berhasil.
Bersiaplah...
Kami berduapuluhempat digiring keluar oleh kakak
– kakak LLK.
Lalu mulailah...
Jam sebelas siang.
Suara bel bertalu – talu.
TEEEETTTTTT!!!!
TEEEETTTTT!!!!!
Teriakan, sentakan, seruan perintah, instruksi
terlontar cepat dengan suara yang tak lagi perlu menggunakan megaphone.
Kami semua serentak seperti orang yang
ditempeleng saat bangun tidur. Tempelengan itu amat keras sampai – sampai
mengguncang segumpal jaringan di dalam kepalamu.
Gemetaran.
Gerak cepat.
Baris dua banjar. Aku diseret. Disuruh ganti
baju, dari lengan panjang ke lengan pendek. Aku bilang aku tidak bawa lengan
pendek. Temanku Ansari meminjamiku baju. Sambil dihitung aku berganti pakaian.
Aku disentak habis – habisan karena sembarangan melepas sepatu.
Aku kurang ingat apa saja aba – aba yang mereka
teriakan itu. Kami semua terbakar terik matahari. Tangan kami terangkat semua.
Dipilih satu anak untuk memimpin barisan. Nico
namanya. Dari Bandung. Berkali – kali salah mengucapkan aba – aba. Setiap
salah. Kami dihukum. Push up. Aku tidak kuat push up. Gerakanku tidak benar.
Lalu gerakan cepat dari posisi jongkok dengan satu kaki ke berdiri sigap. Dikomando
oleh Ibrahim Aji. Aku tahu dari postur tubuhnya yang tinggi begitu, dia adalah
anak paskibra. Selama ini aku telah meremehkan anak paskibra.
Ini serius. Dunia yang kukenal terbalik seratus
delapan puluh derajat. Yang awalnya klemar – klemer dipaksa tegak dan cepat dan
keras.
Kakak yang paling keras suaranya adalah Ibrahim
Aji. Mengerikan. Dari dulu aku tidak suka kegiatan paskibra. Mendadak terkena
serangan seperti ini aku jadi menyesal. Banyak aba – aba berbaris yang tidak
familiar. Aku mengikuti siapa yang ada di kanan kiriku. Dan itu juga
diharuskan. Kami diharuskan mengingat posisi kami.
Jam dua belas. Waktu sholat dan makan siang.
Dari tadi aku sudah lapar. Tapi tahu penyambutannya seperti ini aku jadi kurang
antusias. Aku lebih konsentrasi ke aba – aba dan sentakan – sentakan perintah
kakak kelas.
Kami melangkah maju jalan menuju masjid diiringi
dua kakak. Berkali – kali aku menelan jakunku sendiri. Di depan masjid kami
masih berbaris, melepas sepatu di tempat kami berdiri. Cara melepas sepatu yang
diajarkan di sini adalah kaki kiri terlebih dahulu.
Jantungku masih berdebar ketika mengambil air
wudhu. Terutama karena kami semua dilihat oleh banyak karyawan pabrik.
Setelah shalat berjamaah, kami berbaris lagi,
lalu melangkah maju jalan ke kantin. Diberi petunjuk oleh kakak kelas, kami
bergiliran menandatangani selembar form yang sudah ada nama kami, di kolom
siang. Lalu memilih makanan yang disuka. Aku tidak ingat makanan apa yang
pertama aku pilih.
Telah disediakan meja panjang khusus peserta inisiasi
(baca: ospek) dengan tulisan ‘khusus anak LLK’. Ada yang mengambil air dan
minum sambil berdiri. Belum tahu bahwa itu termasuk kesalahan besar.
Kakak kelas menyuruh satu anak memimpin doa.
Lalu acara makan dimulai. Dengan bisik pelan, kakak kelas memberitahu kita
hanya dikasih waktu lima menit untuk menghabiskan makan. Sial! Aku mengambil
terlalu banyak nasi dan aku tidak kuat makan, lebih karena aku tidak bernafsu.
Waktu menipis dan nasiku masih banyak.
Sekarang makan buahnya.
Sekarang minum.
Pimpin doa selesai makan.
Lalu kami kembali berbaris keluar, melangkah
maju jalan, kembali ke depan asrama. Di atas aspal panas kami berbaris lagi.
Merentangkan tangan.
Kami buyar. Dihukum lagi dengan keras karena
lupa posisi kami. Aku ingat di sebelah kiriku adalah Irvan Maulana. Dia lupa.
Malah berbaris di pojok. Sekali lagi kami diperintah dengan keras untuk
mengingat posisi barisan kami.
TURUNKAN NASI!
Apa maksudnya? Aku tidak paham. Kakak kelas
bernama Riki Suhaemi memeragakan gerakan tangan ke atas sambil meremas – remas
tangan sendiri. Dibentak terus jika ada yang tangannya tidak terangkat dengan
sempurna.
Bulir – bulir keringat bercucuran. Nasi yang
telah masuk ke perut itu bergejolak. Belum sempurna terekskresi namun tubuh
sudah dipacu untuk melaksanakan kegiatan yang berat.
Push up lagi. Di terik panas yang menyengat. Di
aspal hitam berkerikil yang melelehkan saraf. Berjajar sepanjang dinding
diklat, depan asrama, kami mengambil langkah di tempat setinggi level air.
Bentakan – bentakan terus menemani kami.
Kesalahan – kesalahan di kantin tadi diungkap.
SIAPA YANG MINUM SAMBIL BERDIRI?!
SIAPA YANG TIDAK HABIS MAKANNYA!?
SIAPA YANG MENGOBROL DENGAN ORANG PABRIK?!
DASAR SEMUA SELONONG BOY! LEWAT DEPAN ORANG
TIDAK BILANG PERMISI!
Teriak dua kakak, memeragakan orang berjalan di
depan orang sambil bilang . PERMISI PAK.
Yang melakukan kesalahan yang disebutkan barusan
dikumpulkan sendiri – sendiri. Aku termasuk yang tidak habis makannya.
DASAR GAK TAHU TERIMA KASIH. DIKASIH MAKAN GAK
DIHABISIN. GAK MENGHARGAI YANG MASAK! KANTIN SUDAH CAPE CAPE NYIAPIN. GAK
KALIAN HABISIN.
Push up lagi. Aku sama sekali sudah tidak kuat
push up. Aku dihina – hina oleh mereka. Sambil salah satu kakak melakukan push
up membarengi kami.
GAK MALU KALIAN?! KAKAKNYA IKUT PUSH UP.
Kami diselamatkan oleh jadwal. Kami masuk ke
ruang newton lagi. Ada penyampaian materi. Aku lupa materi apa yang
disampaikan. Kami mengambil buku dan pulpen. Kami terkena omelan oleh kakak
kelas, posisi duduk kami teramat salah. SALAH BESAR! Kami harus duduk tegak.
Ujung kaki lurus satu sama lain. Dan tidak boleh bersandar.
Materi pertama disampaikan oleh Pak Agus
Darwoko. Beliau berperawakan kurus. Kami diperlihatkan slide materi. Sebelum
kami duduk dan materi dimulai, kami berdiri dan melakukan penghormatan kepada
instruktur. Yaitu dengan berdiri lalu membungkuk. Ala Jepang. Siap! Berdiri!
Beri Hormat! Hormat! (Sepertinya ada yang salah dengan aba – aba hormat yang
aku tulis ini. Jika iya dan ada yang ingat, mohon koreksi dengan pm)
Aku tidak tahu apa yang harus kutulis. Jadi aku
menulis dengan asal apa yang kudengar. Dan ternyata itu MASALAH BESAR!
Penyampaian materi itu membuat ngantuk. Aku
sekuat tenaga menahan kantuk itu. Materi selesai waktu kumandang ashar
terdengar. Kami dibariskan lagi dan melangkah maju jalan ke masjid. Sama
seperti sebelumnya peraturannya. Hanya beda yang menjadi pemimpin. Kami semua
diharuskan untuk bergantian mengomando barisan kami.
Setelah shalat ashar kami berkumpul di depan
diklat. Latihan senam. Ah, paling tidak kami tidak dihukum push up untuk
sementara waktu. Satu kakak kelas bernama Muhtadi memimpin gerakan senam. Baru
awal – awal semua gerakan kami salah semua. Push up tidak kuat sama sekali. Di
rentetan gerakan senam itu ada push up juga, sebanyak dua puluh kali.
Tapi tunggu.
Dari jam makan siang sampai sore jam lima itu
kami tidak minum. Kami dehidrasi. Bibir kami sudah mulai pecah – pecah. Lalu
terdengar suara gerobak didorong, satu ember besar di atasnya. Kakak kelas yang
mendorong itu membawa gayung dan gelas melamin.
Kami semua dibariskan lalu berjalan menuju
gerobak ember yang isinya air minum itu dengan jalan jongkok. Satu per satu
kami menenggak segelas air yang terbatas. Tidak boleh minum sepuasnya. Rasa
dahaga yang luar biasa itu tergusur oleh segarnya air satu gelas. Tenaga yang
diforsir sedemikian rupa, mental yang dibentak – bentak, dan push up yang tiada
henti benar – benar memberikan makna kepada segelas air itu. Rasa dahaga ini
lebih dari rasa haus ketika menjalani puasa. Kerongkongan betul – betul kering.
Menuju maghrib, kami berbaris lagi di depan
asrama. Kami semua dijebak. Katanya kami diperbolehkan mandi. Dan diberi waktu
sepuluh menit. Lari tunggang langgang semuanya mengambil peralatan mandi di
kamar masing – masing, lalu berebut memasuki kamar mandi. Aku lega bisa
kencing. Aku mandi dengan cepat. Sabun seadanya lalu mengguyur sedikit lalu
dengan cepat mengeringkan badan. Dari luar sana pintu digedor – gedor dengan
keras seolah ada Troll mengamuk di luar.
CEPAT! WAKTU HABIS!
Semua lari masuk ke kamar dan memasukkan handuk
ke lemari, lalu terbirit – birit memakai sepatu dan kembali berbaris.
Saat itulah aku pertama kali berbohong. Aku
tidak ingin terkena yang lebih parah.
SIAPA TADI YANG MANDI?!! KALIAN TIDAK LIHAT ADA
TEMAN KALIAN YANG TIDAK MANDI!? MANA JIWA KORSA KALIAN?! KOMANDO SATU RASA?!
SATU TIDAK MANDI, SEMUA TIDAK MANDI!
Mereka – mereka yang mengaku disingkirkan dan
diberi pelajaran. Yang masih berdiri di tempat pun juga tidak dibiarkan begitu
saja. Kami disuruh mengambil posisi nomor sembilan.
Posisi nomor sembilan? Bagaimana itu?
Kakak kelas dengan berang memperagakan pada
kami. Posisi nomor sembilan adalah membuka kaki ke samping, tangan membentuk
sudut 90 derajat. Seperti kepiting. Sampai maghrib.
Kami disuruh berganti pakaian baju koko untuk ke
masjid dan lalu makan malam. Urutannya masih
sama. Dan kesalahan – kesalahan sikap di kantin semakin banyak pula. Buku –
buku kami dikumpulkan dan diperiksa. Sambil menunggu isya, kami dibariskan lagi
di depan asrama, dibacakan kepada kami kesalahan – kesalahan fatal di kantin. Masih
ada yang minum sambil berdiri, meminum sup dari mangkuk, menjatuhkan butir
nasi, dll.
Selama setengah jam itu. Posisi nomor sembilan.
Jeda isya.
Setelah isya kami berganti pakaian ke pakaian
semula. Kemeja gelap pendek dan celana bahan hitam. Kami dikumpulkan di ruang
tamu. Duduk sesuai kamar. Kamar 1 sampai 6. Aku kamar 3. Imam menjadi ketua
kamar.
Suasana riuh ricuh. Penuh teriakan dari kakak –
kakak. Kami harus lapor kondisi kamar dengan berurut.
ASSALAMUALAIKUM
WARROHMATULLOHI WABAROKATUH.
SAYA IMAM SYAHRIAL DARI KAMAR 3B MELAPORKAN.
KONDISI KAMAR RAPI! SATU ANGGOTA KAMAR TIDAK HADIR. TIGA ANGGOTA KAMAR SEHAT
WALAFIAT.
ALHAMDULLILLAHIRABBILALAMIN
SEKIAN LAPORAN DARI KETUA KAMAR 3B.
WASSALAMUALAIKUM WARRAHMATULLOHI WABAROKATUH..
Gilanya. Semua ucapan yang terdengar di meeting
malam itu harus dicatat. Dengan huruf besar semua.
Kami dibacakan janji siswa dan harus dihapalkan
secepat mungkin.
Lalu dilanjut dengan perkenalan satu per satu
dari kami berduapuluhempat.
NAMA SAYA...
MANA SALAMNYA!!
ASSALAMUALAIKUM WARROHMATULLOHI WABAROKATUH.
PERKENALKAN NAMA SAYA HADITHA MOHAMAD. SAYA DARI
BOJONEGORO. SMKN PURWOSARI. JURUSAN ELEKTRIK. HOBI SAYA MAIN SULAP..
INI DIA PENIPU!!!
Seorang kakak bernama Jefri. Orangnya pendek dan
kurus ceking tapi tampangnya seperti preman. Selama dua tahun aku segan sekali
dengan kakak itu.
INI DIA BAKAL PENIPU. PESULAP. ITU TUKANG TIPU.
DIA YANG MEMPERMAINKAN PAK FATAH. BERANI BENAR!
Jefri asal Padang.
KAMI SEMUA YA, TIDAK BERANI MENGOLOK – OLOK DAN
MEMPERMAINKAN INSTRUKTUR. KAMI SEMUA HORMAT SAMA INSTRUKTUR. KAMU, ANAK BARU,
SUDAH BELAGU.
KAMU PENIPU. KATAKAN. KAMU NIPU KAN?
TIDAK. SAYA ... SAYA HANYA... MENGELABUI..
Jawabku.
MENGELABUI KATANYA... ITU SAMA AJA.
Aku didorong sampai menabrak pintu utama asrama.
Perkenalan itu dilakukan dengan berdiri di depan semua orang.
OKE. INI KALI KESEMPATAN TERAKHIR KAMU MAIN
SULAP. SETELAH INI KAMI BAKAR KARTU KAMU. SILAKAN.
Aku sekali lagi memainkan trik kartuku. Dengan suasana
yang mendebarkan dan membuat jantungku tak berhenti berdegup. Aku memainkan
dengan ganjil. Aku menunjuk anak dari Blora sebagai relawan.
AKU TUNJUK. SUTRISNO.
Selesai. Aku berhasil melakukan trikku. Sama seperti
yang aku pertunjukkan di depan interviewer.
Setiap perkenalan kurang lebih sama. Kami dipermainkan.
Dibentak – bentak. Ada namanya, Dadan Hidayat, ia bilang hobi main bola, lalu
satu kakak mengambil bola dan dioper ke Dadan. Tidak sengaja, atau memang reflek,
Dadan mengembalikan operan itu. Dadan digiring keluar dan entahlah, apa yang
mereka perbuat pada Dadan.
Saat aku telah menginjak tahun kedua. Kudapati acara
semacam ini seperti ajang pembalasan dendam serta penghiburan. Kulihat dengan
intip – intip, kakak – kakak itu betul – betul menikmati.
Di malam itu, semua tas kami digeledah. Di dalam
tasku ada flashdisk, aku bawa dua, aku ingat ada salah satunya berisi video
Miyabi. Aku takut ketahuan dan aku sembunyikan flashdiskku itu. Renteng kopi
diambil. Isi dompet dikeluarkan dan dicatat berapa nilainya, lalu disimpan oleh
bendahara asrama.
Gilanya. Kami harus menulis itu semua. Dengan tulisan
besar – besar.
Hampir jam sebelas malam acara baru selesai. Kami
dipersilakan beristirahat. Kami diberi kesempatan untuk buang air kecil. Pintu dikunci
dari luar.
Di dalam aku berbincang dulu dengan Imam dan
Ansari. Saling memijat satu sama lain. Lalu tidur.
Hari pertama yang mengagetkan itu usai. Masih ada
hari esok. Dan aku masih kurang kepastian. Akan berapa lama inisiasi ini
dilaksanakan?
Sungguh. Kegiatan ini menjadi semacam mimpi
buruk di kemudian hari.
(episode
atau part 2 INISIASI akan berlanjut ke tahap lanjutnya: DRAMA TENGAH MALAM)
Nice Posting Kawan..
BalasHapusDapat Salam dari Anak" angktn 28 LLK,,
Semoga Tetap Berjaya,, :)
tunggu episode selanjutnya...
BalasHapusPart 1 mana ta ?
BalasHapusAda day, cari dong ke bawah. Di arsip juga ada
BalasHapusmantaph . .saya suka . .
BalasHapusoi oiiii
BalasHapus