TEMPAT YANG TAK BOLEH DITINGGALKAN

Sesuatu dalam diri Danu menguak ke permukaan begitu kuatnya ketika ia habis diputuskan seorang pacar. Hubungannya dengan si pacar, sebut ia Teratai, seperti jalannya wahana kereta cepat yang naik turun menyeret jantung berdetak kencang. Saat-saat cinta penuh rindu, sangat penuh cinta dan rindu. Saat-saat penuh gejolak amarah, sangat penuh gejolak amarah. Pacarnya itu sudah lama ingin hengkang dari Tangerang Selatan. Ungkap Teratai, ia ingin mengadu nasib yang lebih baik di tempat lain. Namun Danu selalu mengelak, ia memberi banyak alasan untuk menolak. Sesuatu dalam dirinya, masih ingin melekat di tempat tinggal saat ini. Sesuatu dalam dirinya, tidak ingin pergi. Danu dan sesuatu dalam dirinya, masih ingin berdiam diri di sore hari sampai matahari terbenam penuh, di pinggiran Situ.
Maka ketika perdebatan tanpa ujung itu mencapai klimaksnya, Danu pasrah saja hubungannya kandas. Sesuatu dalam dirinya lebih kuat bertahan daripada cinta yang sudah bertahan selama lebih dari empat tahun. Danu terdiam ketika Teratai mengucap perpisahan. Tak ada tangis di sana. Yang ada hanyalah kehampaan dan hati yang terpelintir. Teratai dengan terang-terangan mengungkap hubungannya dengan lelaki kedua. Di Situ tempat Danu biasa menghabiskan waktu, Teratai membawa lelaki baru itu. Danu hanya bisa diam. Sesuatu dalam dirinya lebih kuat bertahan daripada cinta yang sudah bertahan empat tahun dan sekarang terpaksa kandas. Membiarkan Teratai menggandeng tangan lelaki yang lebih mau diajak pergi ke lain tempat dari pada Danu, pergi meninggalkan Situ.
Momen kekosongan itu kemudian terisi dengan getaran abstrak dalam dada. Danu seperti pindah tempat dalam sekejap. Seperti ia tidak lagi menapak dunia nyata tempat realitas hidup manusia berjalan. Sesuatu dalam diri Danu mengungkapkan diri dan mengambil alih. Dalam waktu sekejap, Danu menjadi pribadi baru. Ia melihat ada buaya yang muncul di tengah-tengah Situ. Kemudian ia mendengar teriakan, Danu sama sekali tidak tergerak untuk menghampiri tempat muasal teriakan histeris itu, sebab ia masih terpaku dengan sesuatu dalam dirinya yang lebih kuat bertahan dan sekarang muncul ke permukaan. 
Danu baru tahu keesokan harinya. Lelaki kedua yang dibawa Teratai, tewas tenggelam.
Satu minggu sebelumnya, entah didorong apa, mungkin didorong oleh sesuatu dalam diri yang lebih kuat bertahan, Danu berpuasa putih, dan rajin mengaji di malam hari. Ada bisikan-bisikan yang memasuki telinganya. Namun ia tak mengerti apa kata-kata yang terungkap dalam setiap bisikan itu. Ia hanya tahu, ia harus melakukan sesuatu. Melakukan sesuatu yang sesuau dalam dirinya maui.

Bertahun-tahun sebelumnya, digerakkan oleh perasaan damai dan tentram, Danu selalu mendatangi Situ untuk mengosongkan pikiran. Menghanyutkan diri ke gelombang riak air tertiup angin semilir. Memandangi sesuatu yang jauh, langit biru, hijau daun pepohonan, dan pasang mata yang muncul dari tengah-tengah Situ. Di bertahun-tahun sebelumnya itu, Danu sebetulnya tidak bisa melihat dengan jelas pasang mata yang muncul dari air itu. Ia hanya tahu, sesuatu dalam dirinya yang memberitahu, bahwa di saat-saat tertentu, pasang mata itu akan muncul. Biasanya akan disusul dengan anak dari luar wilayah yang bermain di Situ, tenggelam.
Beberapa bulan lalu, sesuatu dalam dirinya seperti pergi meninggalkannya. Danu yang mulai bertengkar dengan Teratai mengenai kepindahan ke tempat lain demi masa depan lebih baik, merasa rindu kepada sesuatu dalam dirinya yang entah pergi ke mana itu. Ia merasa dirinya bolong. Menuju Situ, ia memohon untuk bertemu. Ia ingin dirinya penuh seperti dulu. Tanpa sesuatu dalam diri itu, Danu merasa biru. 
Selama berbulan-bulan ia menunggu jawaban dari Situ. Perkaranya dengan Teratai makin tak menentu. Ia jadi bosan dan tak memedulikan lagi apa yang Teratai mau. Ia lebih peduli dengan dirinya yang satu lagi. Sebab tanpa dirinya yang bersemayam lebih dalam di kalbu, fokus Danu jadi tak menentu. Ia merasa hilang separuh.
Sesuatu dalam diri yang ia rindukan, akhirnya muncul dengan sebuah gagasan tindakan. Danu berpuasa penuh selama seminggu. Akhirnya ia meraih dirinya secara utuh. Danu merasa ikatannya dengan Situ dan pasang mata yang muncul di saat tertentu jadi lebih kuat daripada hubungannya dengan Teratai yang ternyata sudah lama berselingkuh. 
Kosong yang mampir sejenak setelah ia ditinggal Teratai bersama lelaki kedua lalu Teratai sendiri malah ditinggal mati oleh lelaki baru itu, terisi kembali, terisi penuh, oleh sesuatu dalam diri yang kini mengambil kendali penuh terhadap Danu dengan gagasan-gagasan baru. Danu tidak bisa meninggalkan tempat ini. Ruhnya menginginkan raga tetap di tempat. Tidak pergi. Tidak memalingkan hati. 
Danu yang baru menyatu dengan sesuatu dalam diri yang menetap lebih dalam di kalbu, akan tetap di tempat, ia harus berada di tempat, ia harus berada di Situ. Danu harus menjaga Situ, dari orang-orang kota ambigu yang bisanya merusak melulu. Danu adalah sepasang mata yang muncul di tengah-tengah Situ, sebagai peringatan agar manusia-manusia ambigu tak berbuat seenaknya melulu.
Di kota yang penuh manusia-manusia ambigu, ada Danu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

INSOMNIAC SLEEPING BEAUTY

LOKA / LOCA? -- Part 1 "SELEKSI"

KI BONGKOK, POHON AJAIB, PUTRI ANGSA