KEMATIANMU TAK ABADI

Tiga orang pemuda itu sudah berada di depan Romla. Duduk di sofa yang robek di beberapa bagian. Mereka duduk berhimpitan. Menatap Romla dengan gugup. Mereka berkeringat dingin. Di otak mereka sudah muncul fantasi-fantasi menggelikan. Romla menghadapi mereka dengan tenang. Kali ini pakaiannya lebih tertutup. Celana jins dan kaos oblong. Lengan kaosnya panjang sesiku. Dia membaca lagi sekilas profil ketiga calon penghuni. Profilnya lebih tebal dari yang dikirimkan oleh calon itu sendiri. Romla melakukan riset lebih mendalam tentang calon penghuni. Ada tujuan khusus yang tak bisa dia bagi kepada siapa pun. 
Tanpa banyak kata, Romla memberikan satu kunci kamar kepada mereka bertiga. Tiga pemuda itu hanya mampu membayar untuk satu kamar. Tidak masalah dihuni bertiga. 
“Selamat menghuni. Ingat, jangan berbuat yang macam-macam.” Hanya itu pesan Romla. Setelah tiga pemuda itu pergi menuju kamar mereka, Romla membawa profil tiga pemuda itu ke lantai tujuh. Ia menemui orang kepercayaannya. Namanya Sigaman.

Sigaman bertampang preman terminal. Dia tak pernah memakai pakaian atas. Tubuh berototnya dibiarkan terpampang. Banyak tato di sana. Nama-nama orang yang pernah dia bunuh atau lumpuhkan. Dibuat dengan gaya tribal yang hampir sulit dibaca. Dia membuka pintu bahkan sebelum Romla mengetuknya. “Ada tugas baru buatku?” tagihnya.
“Kau sudah bosan dengan tugasmu yang sekarang, kutebak.”
“Ya, urusan membunuh yang tak habis-habisnya ini cukup membuatku bosan. Apalagi targetnya itu-itu saja.”
“Hari ini kau tidak perlu bosan lagi. Ini tiga nama yang perlu kau beri pelajaran.”
Sigaman mempelajari tiga profil itu secara singkat. Dia langsung ke salah satu keterangan saja. Dan itu membuatnya tersenyum lebar. “Kau selalu tahu kesukaanku.”
“Ya, tiga pedofil itu cocok untukmu.”
Sigaman langsung menyiapkan peralatannya. Nanti malam beraksi. Linggisnya sudah lama tak terpakai. Sore ini dia akan memolesnya, mengamplasnya dahulu, lalu melumurinya dengan minyak bayi. Tiga penghuni baru itu menempati satu kamar di lantai tiga, bekas kamarnya Trojan. Pagi tadi, kamar itu sudah dibereskan. Barang-barang Trojan ikut dimampatkan ke dalam lubang kakus. Lenyap tak berjejak. Sembari mengisi waktu menunggu malam tiba, Sigaman mengamati mereka bertiga. Ke mana mereka pergi dan apa saja kegiatan mereka di hari pertama di rusun ini. Saat bosan, Sigaman menghampiri satu kamar di lantai empat, tempat seorang yang suka bicara kasar di linimasa dunia maya. Linggis dibawanya untuk pemanasan. Mulut orang itu dia hunjam pakai linggis sampai tembus tengkuk. Tiga jam kemudian, orang itu bangkit lagi dari kematian. Yang tadi itu adalah kematiannya yang keduapuluh. Sigaman melumuri badannya pakai darah orang itu. Terutama pada satu nama yang dia tato di bawah ketiak. Setelah malam ini, akan ada tiga nama baru untuk dirajah. Dia sudah memilih tempat, di permukaan pantatnya. Tiga nama itu dia rencanakan akan dibentuk jadi spiral. Atau bentuk dildo.
Malam tiba. Sigaman melihat tiga pemuda itu sudah masuk ke kamar. Dia mendobrak pintu kamar sampai hancur engselnya. Dengan beringas dia memamerkan linggisnya yang masih berlumurkan darah si korban lantai empat.
“Siapa kau?” tanya salah satu pemuda dengan panik.
“Aku nerakamu. Selamat datang di neraka. Di mana kematianmu tidak abadi.”
Sigaman langsung memukul telak tiga pemuda itu sampai terkapar. Kemudian linggisnya bekerja. Menusuk lubang pantat mereka dan menggotong mereka satu per satu ke balkon lantai sepuluh, melalui lift yang disangka semua orang telah rusak. Dari lantai sepuluh, Sigaman melepaskan linggis dari lubang pantat masing-masing dan melempar mereka dari sana. 
Pagi keesokan harinya, di lantai dasar, didapati genangan darah, tanpa jasad. Tiga pemuda sudah hidup kembali dan kembali ke kamar.
“Kematian kalian tidak abadi. Kalian mati, kalian hidup kembali. Yang abadi adalah siksaan neraka dariku.” Kata Sigaman.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

INSOMNIAC SLEEPING BEAUTY

LOKA / LOCA? -- Part 1 "SELEKSI"

KI BONGKOK, POHON AJAIB, PUTRI ANGSA