SAMPAH ANTARIKSA

 Risna gerah dengan sampah yang menumpuk di lingkungannya tak kunjung diangkat oleh petugas sampah. Dia bolak-balik telpon sana sini tapi yang didapatnya adalah keluhan yang sama. Sampai sebuah berita muncul di pagi hari menyatakan bahwa para petugas sampah seluruh kota terjangkit penyakit kulit. “Gimana nasib sampah kita??” teriak Risna merana.

Lama kelamaan, penyakit yang sama juga menyerang lingkungan warga. Mereka jadi menghemat pemakaian barang-barang dan makanan yang bisa berakhir jadi sampah busuk. Demi menghindari tertularnya penyakit, satu kota dibatasi pergerakannya. Hal ini makin bikin gerah.

“Bangsat betul orang-orang yang tak peka masalah ini. bukannya menghemat sampah, malah buang sembarangan. Mentang-menang jalanan sepi!” kutuknya di suatu kesempatan, setelah melihat berita tentang tumpukan sampah di pinggir jalan. Dia geleng-geleng tak habis pikir.

Risna jadi sering merutuk, sampai suatu ketika, ada bunyi berkelontangan di belakang rumahnya. Di tumpukan sampah yang dia sembunyikan dengan lempengan-lempengan seng. Dia mengecek, “ember apa ini?”

Dia menemukan sebuah ember dari besi. Dilihat di bagian dasarnya, tampak seperti cermin. Dia menyentuh bagian itu. Dingin terasa di jarinya. Dia tekan, “Lah, jariku ke mana?” dia seperti menekan permukaan air. Ujung jarinya tiba-tiba mati rasa. Segeralah dia cabut.

Penasaran, dia bawa ember aneh itu ke dalam rumah. Dia coba letakkan piringnya ke dasar ember itu. Tapi seketika tertelan tak bisa dia ambil lagi. “Wah… lari ke mana piring itu?”

Dia coba lagi dengan barang lainnya. Semua nasibnya sama. Dia jadi mendapatkan ide. Bisa jadi ini adalah solusi dari sampah yang merajalela. Dibantu oleh anaknya dia coba memasukkan sampah ke dalam ember itu.

“Wah, ibu hebat. Ini penemuan yang mutakhir!” seru anaknya, Bajur.

Sampah di belakang rumah mereka sudah setinggi atap rumah. Dalam satu hari, mereka berhasil melenyapkan sampah itu berkat ember ajaib.

“Bu, kita buka jasa pembuangan sampah saja. Kita minta bayaran yang mahal. Bisa kaya kita Bu!”

“Ide bagus.”

Segeralah Risna membuat woro-woro di grup wasap lingkungan. Dia bahkan membuatkan jadwal buat setiap kunjungan rumah. Risna dan anaknya mencoba menyamarkan bentuk ember itu. Mereka buat ember itu dibungkus mesin ala-ala. Dalam satu hari itu mereka berhasil membantu tiga kepala keluarga membersihkan sampah serta membawa pulang duit jutaan.

Selama satu bulan, bersusah payah mereka berhasil membersihkan satu lingkungan. Hal ini membuat mereka capek kalau mesti mengunjungi satu  per satu. Banjur punya ide, mereka mesti mendatangi dinas kebersihan dan mendemonstrasikan alat itu. Tapi ternyata justru mereka yang lebih dulu didatangi oleh kepala dinas. Kepala dinas menawar alat itu ratusan juta. Tapi Risna tidak mau menyerahkannya begitu saja.

Dia punya pengajuan lain. Tak ada pilihan, kepala dinas mengabulkannya.

Risna dan Banjur dibuatkan satu tempat khusus untuk menampung sampah-sampah dari masyarakat. Seiring waktu sampah makin berkurang. Seiring waktu, mereka makin kaya.

Berkat ember ajaib itu, sampah di Bantar Gebang juga perlahan-lahan habis. Bantar Gebang kini jadi lahan kosong yang kemudian dibeli oleh raja pengembang. Risna dan Banjur jadi terkenal sebagai pioner penemuan alat pemusnah sampah.

Sampai pada pertanyaan, bagaimana kalau alat itu diduplikasi sehingga sampah satu nusantara, bahkan dunia, bisa teratasi. Risna menolak meski tawarannya bernilai jutaan dolar.

Ya mau bagaimana? Wong itu bukan buatannya. Itu kan dari ember ajaib yang asalnya tidak ada yang mengetahui.

Tentu saja, kegiatan yang dilakoni Risna itu mengundang dengki orang. Terutama dari raja pengembang yang ditolak tawarannya. Bekerjasama dengan kepala dinas, mereka menyusup ke tempat Risna dan membongkar alat ajaib itu. “Kok hanya ember?” mereka bingung.

Tak sengaja salah satu dari mereka tergelincir masuk ke dalam ember. Rupanya orang itu terlempar ke antariksa dan mendarat di sebuah planet antah berantah. Bukan pemandangan bangunan futuristik seperti yang ada di film-film yang didapat, melainkan tumpukan sampah setinggi Burj Khalifa.

Orang itu kemudian ditangkap penghuni planet itu. Dimintai pertanggungjawaban.

Risna yang merasa di atas angin, telah mendelegasikan alat penyedot sampah itu ke teman-teman anaknya. Dia dan Banjur pergi keliling dunia. Ketika mereka kembali untuk mengecek keberadaan ember. Tiba-tiba ember itu terbang, menerjang kepala Risna hingga pingsan. Ember itu terbang ke langit.

Menyusul ledakan cahaya amat terang, ember itu berubah jadi portal. Sebuah kapal alien mega besar muncul dari portal itu. “Manusia! Jangan buang sampah ke planet kami!” begitu mereka memberitahu.

Sebagai konsekuensinya, kapal alien itu menginvasi bumi. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

INSOMNIAC SLEEPING BEAUTY

LOKA / LOCA? -- Part 1 "SELEKSI"

KI BONGKOK, POHON AJAIB, PUTRI ANGSA