TENTANG ANAK POHON


<a href="http://www.bloglovin.com/blog/18222539/?claim=sbfc9v96qu8">Follow my blog with Bloglovin</a>

Jadi waktu itu, saya baru menyelesaikan naskah kedua novel fantasi debutan Remy Yorke #2 Time Jumper's Quest. Nah, biasanya saya ambil masa tenang buat merelaksasi pikiran. Sambil mikir-mikir juga untuk proyek selanjutnya.

Agak-agak lupa juga awalnya bagaimana. Yang paling saya ingat waktu itu saya lagi boncengan sama "my precious one" di situ saya dikatain lahir dari pohon. Seketika sambil bercandaan sepanjang jalan, saya merangkai ide baru. Sampai kantor, saya langsung corat-coret di buku catatan.

ANAK POHON --> ada penghuni pohon yang lahir dari inti pohon berupa telur kemudian bermetamorfosis.

Telur --> Seperti Kecebong --> Bayi Berbulu --> Anak Kecil berkulit kasar --> Remaja Berkulit kasar --> Orang Putih (Anak Pohon kelamin laki-laki)

lalu terpikir pula buat yang kelamin perempuannya, yang punya tugas berbeda.

Telur besar --> langsung gede, wujudnya seperti Wewe Gombel

Kemudian baru muncul ide besarnya: Tentang Anak Pohon yang bertugas untuk menyelamatkan lingkungan. Tapi caranya sangat tak biasa.
Saya kemudian mencampuradukkan tema-tema dalam Anak Pohon ini: Klenik, Misteri, Fantasi, Lingkungan, Sosial Masyarakat, Keluarga, lika liku pergaulan anak SMA.



Sayang sekali saya lupa betul bagaimana plotnya terwujud. Waktu itu saya lagi mencari ritme menulis yang pas. Dan untuk pertama kalinya pula saya mencoba lari dari zona nyaman. Naskah kasar pertama Anak Pohon isinya banyak hal-hal vulgar. Eksplorasi tubuh gadis-gadis SMA dan sarkasme saya tentang Cabe Cabean.

Nama tokoh utamanya saya ambil dari nama bakal anak perempuan saya nantinya "Nuansa Aruna". Kan keren kalau ternyata nanti Nuansa lahir untuk kedua kalinya, dalam wujud manusia sungguhan.

Problema menulis naskah baru itu, biasa berhenti setelah menulis beberapa bab. Itu pun terjadi pada saya. Baru enam bab saya sudah mentok. Cara jitu ya istirahat sejenak. Ohya, karena saya waktu itu lama sekali tidak mudik, maka sebagai wujud nostalgia saya terhadap desa Kebonagung, saya ambil dia sebagai latar berlangsungnya cerita. Juga orang-orang yang saya kenal di sana, saya ambil sebagian karakterisasi dan perawakannya untuk saya masukkan ke karakter pendamping. Di Anak Pohon ini pertama kali saya memulai bertutur yang sangat membumi lokal, dengan gaya Jawa Timuran. Tak sedikit penggunaan kosakata Jawa saya cantumkan dalam dialog-dialog. Juga hal-hal yang teramat saya ingat tentang desa itu. Seperti nasi pecel, es legen, kenduri, dll.

Kemudian, seperti tersambar petir, entah bagaimana plot-plot tiap bab langsung tergambar. Sambil saya menerka-nerka seperti apa bakalan penutupnya. Nah, di antara pengambilan keputusan ide itu saya tiba-tiba tidak ingin kisah Anak Pohon ini berakhir begitu saja. Ketemulah ide untuk mengembangkan 'universe' ceritanya. Selagi menyelesaikan, saya membentuk judul-judul kisah selanjutnya. Bukan saya maksudkan sebagai sekuel lho. Tapi sebagai pengembang 'Big Picture' dari kisah yang terjadi.

Saya terpukau dengan ritme baru itu. Betulan. Saya tidak menyangka bisa menulis kisah ini. Terima kasih terbesar saya buat "My Precious One" kisah ini tidak bakal jadi kalau tidak diberi percikan olehnya.

Pun bisa saya bilang, Anak Pohon ini menjadi karya orisinil saya yang pertama. Saya rasa sih begitu.
ah ya, saya mau berbagi satu catatan yang dulu saya pakai sebagai pedoman cerita:

"Rumah tua itu telah ditinggalkan penghuninya. Rumor yang beredar beragam. Sebagian besar tidak jauh dari isu warisan. Warga desa sudah lama tahu, keluarga A. Mubarak bukanlah pemilik rumah asli rumah besar itu. Rumor lainnya mengakibatkan anak – anak desa tak lagi berani bermain di lahan belakang rumah tersebut, istri si pemilik rumah belakangan diketahui terjatuh saat menyapu latar belakang dan beberapa bulan kemudian meninggal.
Rumah itu berhantu, katanya. Hantu mendiang istri A. Mubarak, katanya.
Rumah itu besar dan menyendiri. Jauh di segala penjuru angin dari rumah warga yang lain. Di desa Kebonagung, Padangan, Jawa Timur lah rumah itu berada. Di depan rumah berdiri sebuah bengkel motor kecil. Setengah windu bengkel itu pernah sukses. Kini dua bangunan itu sama – sama usang.
Yang paling ikonik tentang rumah itu adalah adanya sumur tua. Tepat di tengah halaman luas sebelah barat. Konon katanya sumur itu mistis. Pada suatu pagi sumur itu muncul begitu saja, padahal warga mengaku sumur itu tadinya ada di belakang rumah  mbah Jalil. Desas – desus merebak bagai serbuk sari yang bertebaran.
Setahun setelah ditinggal penghuninya, rumah itu diratakan dengan tanah. Si hak waris hendak menjual tanah beserta sawahnya. Apa bisa buat, tak laku – laku. Itu adalah kutukan sumur tua, kata warga desa.
Sekian lama tanah luas itu ditinggalkan. Warga desa memperingatkan anak – anaknya agar tidak dekat – dekat dengan area itu apalagi terhadap sumur tua. Pernah terjadi, tiga anak nekat melemparkan batu masuk ke dalam sumur. Keesokan harinya tiga anak itu dilarikan rumah sakit karena cacar parah.
Itu satu cerita. Cerita – cerita lain masih banyak dan dikunci rapat, warga enggan membicarakan apalagi menyebut sumur itu.
Hingga pada akhirnya ketakutan mereka memuncak. Kengerian yang menggerayangi bulu tengkuk leher. Tak ada angin tak ada hujan, sumur itu hilang berganti pohon besar yang wujudnya aneh. Daunnya hijau gelap, dengan batang utama selebar tiga orang dewasa, batang dan ranting yang lain seperti menutupi satu ruang di tengah pohon itu, membentuk semacam sarang. Dari kejauhan pohon itu tampak seperti jamur raksasa.
Ki Lurah beserta petinggi desa berembug untuk mengatasi masalah ini. Ada banyak warga yang meminta agar pohon itu ditebang, sisanya menentang khawatir nanti pamali. Akhirnya pohon itu disegel dan diberi cap Pohon Angker sebagai pengingat agar tidak berbuat macam – macam dengan pohon itu.

Satu kisah misteri mencuat dari keberadaan pohon itu. Satu misteri yang memberi kehidupan bagi makhluk lain. Misteri yang tak bisa dipecahkan oleh warga sekitar. Misteri yang dibiarkan menjadi legenda menyeramkan. Kebonagung tak lagi dikenal sebagai desa yang menenteramkan."

Biar afdhol dan terasa benar nostalgianya, saya sengaja memakai latar tempat sesuai aslinya. Seperti yang masih saya ingat. Biar rindu ini terobati. Walau tak bertemu, tetap bersemayam di hati.

Ah, saya juga mau berbagi puisi tak senonoh yang dibuat oleh karakter nyentrik bernama Waras (ini orang sungguhan lho)

"Kaulah yang memberi kenikmatan tiada tara
Pada tiap lelaki yang termangu di malam hari
Sesampainya pagi, mereka terlelap melupakan diri
Telanjang tak ingat apa - apa

Padamu wanita putih berambut panjang
Yang pada payudaramu aku memuja
Seperti pepaya yang menggoda
Senantiasa membuatku mengejang"

Proses menulis Anak Pohon saya rasa sangat menyenangkan. Saya suka meringis sendiri waktu menuliskan sesuatu yang 'nakal' tur bikin geli. Walhasil, naskah kasarnya selesai dalam waktu 5 bulan. Saya bagi-bagi (juga buka cetak perdana) ke teman-teman dekat yang bisa saya mintai pendapatnya. 

Singkat cerita, Anak Pohon akhirnya diterbitkan oleh Fantasious setelah pencarian panjang. 
Anak Pohon adalah sesuatu yang baru, angin segar, campur aduk tema yang entah bagaimana pas dan bikin bergidik. (Pendapat pribadi yang narsis)

Bila kamu penasaran, Anak Pohon bisa diperoleh di Google Play.

Juga bisa dibaca beberapa review dari pembaca di Goodreads.

Dan tak lupa, Anak Pohon pun tersedia dalam bentuk audiobook (sebuah cara menikmati buku yang baru) #DengerinBuku

menyertainya.... sebuah jargon...












#SaveTheTreeSaveTheWorld

Komentar

Postingan populer dari blog ini

INSOMNIAC SLEEPING BEAUTY

LOKA / LOCA? -- Part 1 "SELEKSI"

KI BONGKOK, POHON AJAIB, PUTRI ANGSA