Postingan

Menampilkan postingan dari 2025

BERDARAH-DARAH MENGGUGAT BULAN

Gambar
 Pungguk tidak lagi merindukan bulan, sekarang Pungguk ingin menggugat Bulan.  Nama asli Pungguk adalah Agung. Karena dia suka sekali nongkrong di dahan pohon sampai malam larut, dan lebih lama lagi ketika bulan purnama tayang di langit, lama-lama dia dipanggil demikian. Ketika dia duduk bertengger, orang-orang melihat siluetnya, terutama ketika bulan purnama tayang di langit, seperti pungguk. Seperti pungguk merindukan bulan. Pungguk mencintai gadis bernama Bulan di kampung. Dari kecil ingusan dia sudah mengejar gadis berparas elok seperti bulan purnama itu. Ketika dicandai teman-temannya karena cintanya tak berbalas, Pungguk tak pernah sakit hati. Baginya, mencintai Bulan meski tak kunjung berbalas, adalah sebuah seni, adalah sebuah pelajaran hidup, adalah apa yang menjadikan hidupnya bergairah.  “Aku ini adalah Putera Kayangan yang turun ke bumi untuk mencari sekuntum mawar putih untuk kupersembahkan kepada Puteri Bulan. Sayang, aku melanggar pantangan ayahku, sehingga...

DITAKSIR GENDERUWO DISKO

Biasanya makhluk gaib berbadan tinggi dan berbulu ini mendiami tempat-tempat yang gelap, lembab, dan tak lagi tersentuh manusia. Kebanyakan juga tinggal di pohon-pohon, rawa, dan rumpun bambu. Beda dengan genderuwo satu ini. Dia masih bertahan di tempat yang dulunya menjadi permukiman bangsanya, yang kemudian tergusur oleh hadirnya bangunan disko. Genderuwo ini bersembunyi di sudut yang gelap dekat toilet perempuan. Menanti perempuan dari kalangan manusia untuk menyenangkan hatinya. Perempuan yang punya harum tertentu. Lama dia menunggu, belum juga ketemu. Genderuwo satu ini mampu bertahan di tempat itu karena punya perjanjian dengan orang yang disewa pemilik diskotik untuk mengusir semua makhluk halus di area itu. Genderuwo itu bersedia membantu apa pun yang orang itu minta, asalkan dia dibolehkan tinggal di sana untuk menanti perempuan pujaan.  “Kau ini, kenapa tidak kawini saja gandaruwi dari bangsamu sendiri. Jangan bikin spesies baru di alam kami, deh,” kata Ki Brondas, si pen...